Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Bhima menyampaikan, ketika suatu daerah terjadi bencana hingga memutus transportasi, maka dampak yang dirasakan bukan hanya di wilayah tersebut, tetapi juga secara nasional. Hal ini karena provinsi lainnya ikut merasakan kerugian khususnya pada arus barang konsumsi maupun kebutuhan industri yang ikut melemah.
Kondisi yang sama terjadi pada banjir Sumatera karena Sumatera Utara adalah salah satu simpul industri nasional di Sumatera.
Berikut ini perincian dampak ekonomi per provinsi akibat bencana yang terjadi di setiap provinsi selama 2025 menurut data CELIOS:
Aceh: Rp 2,04 triliun
Sumatera Utara: Rp 2,07 triliun
Sumatera Barat: Rp 2,01 triliun
Riau: Rp 2,06 triliun
Jambi: Rp 2,08 triliun
Sumatera Selatan: Rp 1,99 triliun
Bengkulu: Rp 2,08 triliun
Lampung: Rp 2,07 triliun
Kepulauan Bangka Belitung: Rp 2,01 triliun
Kepulauan Riau: Rp 2,07 triliun
DKI Jakarta: Rp 1,88 triliun
Jawa Barat: Rp 2,07 triliun
Jawa Tengah: Rp 2,06 triliun
DI Yogyakarta: Rp 2 triliun
Jawa Timur: Rp 2,07 triliun
Banten: Rp 2,08 triliun
Bali: Rp 1,95 triliun
Nusa Tenggara Barat: Rp 1,98 triliun
Nusa Tenggara Timur: Rp 1,99 triliun
Kalimantan Barat: Rp 2 triliun
Kalimantan Tengah: Rp 2,04 triliun
Kalimantan Selatan: Rp 2,01 triliun
Kalimantan Timur: Rp 2,05 triliun
Kalimantan Utara: Rp 2,01 triliun
Sulawesi Utara: Rp 2,06 triliun
Sulawesi Tengah: Rp 2,07 triliun
Sulawesi Selatan: Rp 2,04 triliun
Sulawesi Tenggara: Rp 1,98 triliun
Gorontalo: Rp 1,98 triliun
Sulawesi Barat: Rp 1,94 triliun
Maluku: Rp 2,02 triliun
Maluku Utara: Rp 2,08 triliun
Papua Barat: Rp 2,03 triliun
Papua: Rp 1,95 triliun.
Dengan perkiraan kerugian ekonomi di atas, maka total dampak penurunan produk domestik bruto secara nasional akibat bencana mencapai Rp 68,67 triliun, atau setara dengan 0,29 persen.
Tonton: Misteri Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera
Kesimpulan
Data yang dipaparkan CELIOS menunjukkan bahwa dampak banjir di Sumatera jauh melampaui kerusakan fisik dan sudah masuk kategori ancaman ekonomi nasional. Kerugian yang ditaksir mencapai Rp 62,8 triliun menunjukkan bahwa bencana ekologis akibat tata kelola lahan dan izin industri ekstraktif yang tidak terkontrol memiliki biaya sosial-ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan kontribusi sektor sawit dan tambang yang selama ini dianggap penyokong ekonomi daerah. Temuan ini mempertegas urgensi evaluasi kebijakan tata ruang, moratorium izin baru, hingga transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Banjir Sumatera: Kerugian Ekonomi Diprediksi Mencapai Rp 6,28 Triliun".
Selanjutnya: Peringatan Terakhir Warren Buffett Sebelum Pensiun: Badai 2026 Mungkin Segera Datang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













