Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Bencana banjir di Sumatera dan Aceh tak hanya menghilangkan ratusan nyawa, tetapi juga menyebabkan kerugian material yang tak sedikit.
Direktur Eksekutif Center of Economic Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira memproyeksikan, total kerugian bencana banjir di Pulau Sumatera kali ini senilai Rp 6,28 triliun. Sedangkan untuk total kerugian secara nasional akibat bencana bisa mencapai hingga Rp 68,67 triliun.
"Rp 68,67 triliun itu kerugian ekonomi secara nasional," kata dia, saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (2/12/2025).
Dia merinci, kerugian tersebut mencakup kerusakan rumah penduduk, kehilangan pendapatan rumah tangga, rusaknya fasilitas infrastruktur jalan dan jembatan, serta kehilangan produksi lahan pertanian yang tergenang banjir hingga longsor.
Secara spesifik, Provinsi Aceh diproyeksi mengalami kerugian senilai Rp 2,2 triliun. Sedangkan Sumatera Utara diperkirakan kehilangan Rp 2,07 triliun dan Sumatera Barat Rp 2,01 triliun.
Sehingga jika ditotal untuk tiga provinsi yang mengalami musibah tersebut diprediksi nilainya mencapai Rp 6,28 triliun.
Perhitungan kerugian ekonomi banjir di Sumatera melalui analisis Dampak Kerugian Ekonomi Bencana Banjir Sumatera CELIOS menggunakan data per 30 November 2025, perkiraan kerugian ekonomi banjir di Sumatera dihitung dengan 5 asumsi kerugian.
Baca Juga: Waspada Tekanan Suku Bunga Global, Risiko Biaya Utang Indonesia Bisa Membengkak
Kerugian pertama adalah dari segi perumahan terdampak yang diperkirakan mencapai Rp 30 juta per rumah. Kemudian, kerugian jembatan dengan masing-masing biaya pembangunan kembali jembatan senilai Rp 1 miliar. Kerugian juga dialami pada aspek pendapatan keluarga sesuai dengan pendapatan rata-rata harian masing-masing provinsi yang dikali dengan 20 hari kerja.
Sementara itu, kerugian lahan sawah dan kehilangan mencapai Rp 6.500 per kilogram (kg) dengan asumsi per hektar (Ha) menghasilkan 7 ton. Terakhir, kerugian dihitung untuk perbaikan jalan per 1.000 meter yang mencapai Rp 100 juta.
Asumsi perhitungan ini menunjukkan bahwa bencana ekologis yang dipicu oleh alih fungsi lahan karena deforestasi sawit dan pertambangan sangat merugikan bagi negara.
Dampak kerugian ini tidak sebanding dengan sumbangan dari tambang dan sawit bagi Provinsi Aceh.
Bhima merinci, Aceh merugi hingga Rp 2,04 triliun akibat banjir, lebih besar dibandingkan PNBP tambang Aceh senilai Rp 929 miliar per 31 Agustus 2025.
Di sisi lain, dana sumbangan Dana bagi Hasil (DBH) Perkebunan Sawit Provinsi Aceh adalah Rp 12 miliar pada 2025, sedangkan minerba Rp 56,3 miliar. Angka ini jauh lebih kecil dibanding kerugian Rp 2,04 triliun akibat banjir. Oleh sebab itu, CELIOS mendesak moratorium segera izin tambang dan perluasan kebun sawit.
Baca Juga: Suku Bunga Global Tinggi, Waspada Risiko Biaya Utang Membengkak di 2026-2027
"Sudah waktunya beralih ke ekonomi yang lebih berkelanjutan, ekonomi restoratif. Tanpa perubahan struktur ekonomi, bencana ekologis akan berulang dengan kerugian ekonomi yang jauh lebih besar," tegas Bhima.
Bhima menyampaikan, ketika suatu daerah terjadi bencana hingga memutus transportasi, maka dampak yang dirasakan bukan hanya di wilayah tersebut, tetapi juga secara nasional. Hal ini karena provinsi lainnya ikut merasakan kerugian khususnya pada arus barang konsumsi maupun kebutuhan industri yang ikut melemah.
Kondisi yang sama terjadi pada banjir Sumatera karena Sumatera Utara adalah salah satu simpul industri nasional di Sumatera.
Berikut ini perincian dampak ekonomi per provinsi akibat bencana yang terjadi di setiap provinsi selama 2025 menurut data CELIOS:
Aceh: Rp 2,04 triliun
Sumatera Utara: Rp 2,07 triliun
Sumatera Barat: Rp 2,01 triliun
Riau: Rp 2,06 triliun
Jambi: Rp 2,08 triliun
Sumatera Selatan: Rp 1,99 triliun
Bengkulu: Rp 2,08 triliun
Lampung: Rp 2,07 triliun
Kepulauan Bangka Belitung: Rp 2,01 triliun
Kepulauan Riau: Rp 2,07 triliun
DKI Jakarta: Rp 1,88 triliun
Jawa Barat: Rp 2,07 triliun
Jawa Tengah: Rp 2,06 triliun
DI Yogyakarta: Rp 2 triliun
Jawa Timur: Rp 2,07 triliun
Banten: Rp 2,08 triliun
Bali: Rp 1,95 triliun
Nusa Tenggara Barat: Rp 1,98 triliun
Nusa Tenggara Timur: Rp 1,99 triliun
Kalimantan Barat: Rp 2 triliun
Kalimantan Tengah: Rp 2,04 triliun
Kalimantan Selatan: Rp 2,01 triliun
Kalimantan Timur: Rp 2,05 triliun
Kalimantan Utara: Rp 2,01 triliun
Sulawesi Utara: Rp 2,06 triliun
Sulawesi Tengah: Rp 2,07 triliun
Sulawesi Selatan: Rp 2,04 triliun
Sulawesi Tenggara: Rp 1,98 triliun
Gorontalo: Rp 1,98 triliun
Sulawesi Barat: Rp 1,94 triliun
Maluku: Rp 2,02 triliun
Maluku Utara: Rp 2,08 triliun
Papua Barat: Rp 2,03 triliun
Papua: Rp 1,95 triliun.
Dengan perkiraan kerugian ekonomi di atas, maka total dampak penurunan produk domestik bruto secara nasional akibat bencana mencapai Rp 68,67 triliun, atau setara dengan 0,29 persen.
Tonton: Misteri Kayu Gelondongan di Banjir Sumatera
Kesimpulan
Data yang dipaparkan CELIOS menunjukkan bahwa dampak banjir di Sumatera jauh melampaui kerusakan fisik dan sudah masuk kategori ancaman ekonomi nasional. Kerugian yang ditaksir mencapai Rp 62,8 triliun menunjukkan bahwa bencana ekologis akibat tata kelola lahan dan izin industri ekstraktif yang tidak terkontrol memiliki biaya sosial-ekonomi yang jauh lebih besar dibandingkan kontribusi sektor sawit dan tambang yang selama ini dianggap penyokong ekonomi daerah. Temuan ini mempertegas urgensi evaluasi kebijakan tata ruang, moratorium izin baru, hingga transisi menuju ekonomi berkelanjutan.
Artikel ini sudah tayang di Kompas.com berjudul "Banjir Sumatera: Kerugian Ekonomi Diprediksi Mencapai Rp 6,28 Triliun".
Selanjutnya: Peringatan Terakhir Warren Buffett Sebelum Pensiun: Badai 2026 Mungkin Segera Datang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













