kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.296.000   12.000   0,53%
  • USD/IDR 16.625   22,00   0,13%
  • IDX 8.166   -3,25   -0,04%
  • KOMPAS100 1.116   1,38   0,12%
  • LQ45 785   -0,49   -0,06%
  • ISSI 290   2,10   0,73%
  • IDX30 411   -1,02   -0,25%
  • IDXHIDIV20 464   1,23   0,27%
  • IDX80 123   0,22   0,18%
  • IDXV30 133   0,73   0,55%
  • IDXQ30 129   0,06   0,05%

Fundamental Ekonomi RI Lemah, Pemerintah Didorong Perkuat Kepastian Kebijakan


Rabu, 08 Oktober 2025 / 19:32 WIB
Fundamental Ekonomi RI Lemah, Pemerintah Didorong Perkuat Kepastian Kebijakan
ILUSTRASI. Pelemahan rupiah dan turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menandakan tekanan yang kian nyata terhadap daya beli masyarakat . ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), M Rizal Taufikurahman, menilai pelemahan rupiah dan turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) menandakan tekanan yang kian nyata terhadap daya beli masyarakat dan kepercayaan pasar pada fundamental ekonomi Indonesia.

Nilai tukar rupiah melemah di tengah pekan ini. Rabu (8/10), kurs rupiah di pasar spot melemah Rp 12 atau 0,07% menjadi Rp 16.573 per dolar Amerika Serikat (AS). Sejalan, kurs rupiah Jisdor melemah Rp 46 atau 0,28% menjadi Rp 16.606 per dolar AS. 

Dari dalam negeri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan September 2025 sebesar 115, turun ke level terendah sejak April 2022 sebesar 113,1.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Guyur Dana SAL ke BPD untuk Gerakkan Ekonomi di Daerah

Meski menurun, Bank Indonesia (BI) menegaskan bahwa keyakinan masyarakat terhadap kondisi ekonomi masih cukup kuat, karena nilai IKK masih berada di atas 100. Artinya, masyarakat secara umum masih menunjukkan optimisme terhadap perekonomian.

Namun demikian, baik Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK)  sama-sama mengalami penurunan. IKE turun dari 105,1 menjadi 102,7 per September 2025, sementara IEK bertahan di level 127,2.

Sedangkan dari luar negeri, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia menguat tiga hari berturut-turut. 

Indeks dolar menguat 0,31% menjadi 98,88 pada sore ini. Indeks dolar bahkan menyentuh level tertinggi sejak 4 Agustus 2025 atau dalam dua bulan terakhir.

Menurut Rizal, kondisi ini menunjukkan bahwa berbagai instrumen seperti subsidi dan stimulus fiskal hanya mampu memberikan dorongan sementara terhadap konsumsi, namun belum cukup untuk memperkuat struktur ekonomi nasional secara berkelanjutan.

"Turunnya Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dan melemahnya rupiah menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan kepercayaan pasar terhadap fundamental ekonomi Indonesia tengah tertekan," ungkap Rizal kepada Kontan, Rabu (8/10).

Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 8%, Menteri Rosan: Kunci Utama di Investasi dan SDM Unggul

Menurutnya, strategi yang lebih jitu adalah dengan memperkuat sisi pasokan (supply side), melalui peningkatan produktivitas, kepastian hukum, dan efisiensi kebijakan fiskal. 

Pemerintah perlu mengalihkan fokus dari belanja konsumtif menuju investasi produktif di sektor-sektor berdaya ungkit tinggi seperti manufaktur, energi terbarukan, pertanian modern, dan ekonomi digital. 

"Dengan demikian, arah kebijakan harus bergeser dari pola fiscal-driven growth menuju investment-driven productivity growth agar pertumbuhan ekonomi lebih berkelanjutan," ungkapnya.

Rizal juga menyoroti lambatnya realisasi investasi yang menandakan persoalan bukan hanya soal insentif fiskal, melainkan juga rendahnya kepercayaan investor terhadap konsistensi kebijakan ekonomi nasional. 

Menurutnya, banyak pelaku usaha menilai risiko kebijakan masih tinggi akibat tumpang tindih regulasi antarinstansi, lemahnya implementasi Omnibus Law, dan keterbatasan transparansi dalam tata kelola fiskal

Rizal menyarankan agar pemerintah memperkuat reformasi kelembagaan investasi yang benar-benar efektif melalui single window licensing yang terintegrasi, memperbaiki komunikasi kebijakan fiskal dan moneter agar lebih kredibel, serta memperluas basis investasi di sektor-sektor yang memiliki rantai pasok kuat seperti kendaraan listrik, komponen baterai, dan logistik industri. 

Baca Juga: Tekanan Ekonomi Membuat Konsumen Menahan Diri Beli Mobil Baru

"Transparansi fiskal juga harus ditingkatkan agar pasar memahami arah kebijakan jangka menengah, termasuk dalam pemanfaatan SAL dan pembiayaan BUMN," jelasnya.

Rizal menegaskan bahwa akar persoalan ekonomi Indonesia saat ini terletak pada lemahnya kepercayaan dan efektivitas kebijakan, bukan semata-mata pada besarnya stimulus yang diberikan. Karena itu, dibutuhkan  koordinasi yang kuat antara kebijakan fiskal, moneter, dan struktural agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya sebatas angka tetapi juga kualitas.

Kombinasi disiplin fiskal, efisiensi belanja pemerintah, dan kebijakan moneter BI untuk menjaga stabilitas rupiah tanpa menghambat kredit produktif perlu berjalan selaras.

"Hanya dengan membangun kepastian, efisiensi, dan kredibilitas kebijakan, kepercayaan investor dan masyarakat dapat pulih, sehingga pertumbuhan ekonomi kembali bergerak dengan fondasi yang lebih kuat dan berkelanjutan," kata Rizal

Selanjutnya: Pengendali Jual 6,7 Saham Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI)

Menarik Dibaca: 6 Efek Negatif Seks Setiap Hari bagi Wanita, Awas Vagina Robek!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×