Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai kondisi ekonomi domestik pada paruh pertama 2025 belum cukup kuat untuk mendorong percepatan pertumbuhan di semester II. Padahal pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, Rizal Taufiqurrahman, mengatakan lemahnya daya beli akibat tekanan inflasi masih menjadi hambatan utama. Di saat yang sama, suku bunga tinggi menekan ruang konsumsi dan investasi.
Dari sisi eksternal, ketegangan geopolitik di Timur Tengah memicu fluktuasi harga komoditas dan memperlemah sentimen pasar keuangan dalam negeri.
Baca Juga: Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh di Bawah 5%
"Artinya, sangat besar tantangannya untuk mencapai angka lebih tinggi dari capaian triwulan II 2025. Selain momentum stimulus ekonomi, juga perlu ada implementasi kebijakan yang efektif dan tepat sasaran," kata Rizal kepada Kontan, Rabu (18/6).
Meski begitu, Rizal menyebut masih ada peluang perbaikan ekonomi di paruh kedua 2025. Namun, itu tidak akan terjadi secara otomatis.
"Tapi itu tidak akan terjadi tanpa perubahan fundamental dalam pola eksekusi kebijakan fiskal dan moneter," ujarnya.
Menurut Rizal, target pertumbuhan di atas 5% bukan sekadar soal angka. Pemerintah perlu lebih berani mengeksekusi kebijakan yang progresif.
Akselerasi belanja negara tidak cukup jika hanya bersifat administratif. Belanja harus diarahkan pada sektor riil, khususnya sektor padat karya dan UMKM.
Di saat bersamaan, kebijakan moneter juga harus memberi ruang pelonggaran agar dunia usaha dapat bergerak lebih bebas.
Baca Juga: IMF dan Bank Dunia Ramal Ekonomi RI 4,7% 2025, Kemenko: Lebih Baik dari AS dan China
"Risiko terbesar justru datang dari pola kerja pemerintah sendiri. Jika hanya menjalankan skenario biasa, Indonesia akan kembali terjebak dalam pertumbuhan moderat semu," ungkapnya.
Rizal menegaskan, mengejar pertumbuhan ekonomi tidak boleh semata-mata fokus pada angka. Pertumbuhan harus membawa dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat.
"Semester II harus menjadi momentum koreksi kebijakan agar ekonomi tidak sekadar tumbuh, tapi juga berdaya tahan di tengah ketidakpastian global," pungkas Rizal.
Selanjutnya: Kolaborasi Lintas Sektoral Perkuat Dampak Program Makan Bersama Gratis
Menarik Dibaca: Promo PSM Alfamart Periode 16-23 Juni 2025, Lifebuoy Cair Diskon hingga Rp 14.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News