Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Event organizer (EO) dan production house (PH) ikut mendapat cipratan berkah pemilu. Biasanya, parpol meminta PH membuatkan iklan bagi mereka.
Ipang Wahid, pemilik PH 25 Frames bilang, alokasi dana untuk iklan ini cukup besar, sekitar Rp 3 miliar. Adapun biaya produksinya paling murah Rp 200 juta. Selain iklan parpol untuk Pemilu 2009, mereka juga menggarap iklan pilkada.
Ia menawarkan diri membuat jasa pembuatan iklan radio. Tarifnya Rp 750.000 sampai puluhan juta per iklan. Sebastian bilang, persaingan memang cukup sengit, tapi PH besar cenderung membidik parpol besar. "Yang gurem itu jatah kami," ucapnya enteng.
Pengusaha EO pun bisa kebanjiran order pemilu. Tengok saja yang dinikmati Blinkomunika. Dedi Syahrizal, pemilik EO ini, mengaku sudah mendapat order beberapa parpol dan caleg. "Awalnya saya menawarkan proposal ke partai. Sekarang, justru mereka yang datang pada saya," kata Dedi yang mematok tarif miliaran rupiah untuk kampanye ini.
Bicara soal kampanye dan pengumpulan massa, jelas pengusaha sound system dan perlengkapan panggung juga kebagian rezeki pemilu.
Lucia Novita, pemilik Grande Profesional Equipment, misalnya, sudah bernegosiasi dengan beberapa partai. Lucy mematok tarif yang beragam, dari Rp 10 juta sampai Rp 120 juta, tergantung kelengkapan panggung yang dipesan parpol.
Ada pula pengusaha yang pede memasang tarif lebih tinggi karena mempertimbangkan risiko. Maklum saja, jika kampanye berakhir rusuh, mereka harus menanggung kerusakan alat.
Viktor, salah satu pemilik Daxell Group di Bali, misalnya. Jika biasanya ia melepas perlengkapan panggung dengan harga sewa Rp 10 juta per hari. Tapi khusus untuk kampanye, tarifnya dia naikkan menjadi Rp 15 juta per hari. "Dengan perjanjian 50% dibayar di muka dan sisanya setelah alat terpasang," ujar Viktor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News