Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Para pengamat bisa saja memperkirakan tak akan ada kerusuhan besar pada Pemilu 2009. Namun, para pelaku pasar dan investor biasanya enggan menanamkan investasinya di Indonesia pada tahun pemilu. "Salah satu penyebab investasi mengalami stagnasi pada tahun depan karena ada penyelenggaraan pemilu," kata J. Kristiadi, pengamat politik dari Center for Strategic and Interna-tional Studies (CSIS).
Lantaran perhelatan pemilu baru akan selesai setelah terbentuknya pemerintahan baru pada bulan Oktober, kecil kemungkinan ada investor besar yang menanamkan duitnya di tahun 2009. "Investor dengan skala besar masih akan menunggu terbentuknya pemerintahan baru," kata Pengamat politik Universitas Airlangga Daniel Sparingga. Lazimnya, menurut Daniel, investor besar menanti enam bulan sampai satu tahun setelah pemilu, untuk memastikan pergantian rezim berjalan mulus.
Hal senada juga datang dari Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) M.S. Hidayat. Dia memperkirakan tahun 2009 para investor besar masih akan bersikap wait and see sampai kondisi politik akan kembali stabil. Macetnya arus investasi ini tentu saja akan membuat ekonomi Indonesia sulit bertumbuh.
Padahal, tahun 2008 arus investasi di Indonesia mulai meningkat. Realisasi investasi, baik penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA), sepanjang Januari hingga Oktober 2008 mencapai US$ 15,71 miliar. Ini naik 23,3% dibanding dengan periode sama 2007 yang hanya sebesar US$ 12,74 miliar.
Maka dari itu, Hidayat meminta agar pemerintah serius menciptakan regulasi yang mendorong pertumbuhan sektor riil. Selain itu, Hidayat juga menyerukan agar pemerintah menggelontorkan dana pembangunan infrastruktur selambat-lambatnya mulai Januari 2009. "Kalau tidak, saya takut tak tertangani karena dekat dengan pemilu," ujar Hidayat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News