kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.040   60,28   0,86%
  • KOMPAS100 1.021   8,73   0,86%
  • LQ45 796   9,34   1,19%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Evaluasi IA-CEPA, Indonesia Berpotensi Menambah Impor Lithium dari Australia


Kamis, 15 Mei 2025 / 18:24 WIB
Evaluasi IA-CEPA, Indonesia Berpotensi Menambah Impor Lithium dari Australia
ILUSTRASI. Indonesia berpotensi menambah impor Lithium dari Australia untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/tom.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia berpotensi menambah impor Lithium dari Australia untuk bahan baku baterai kendaraan listrik. Hal ini menjadi salah satu pembahasan untuk masuk dalam evaluasi Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). 

Pembahasan tersebut menjadi salah satu yang dibahas dalam pertemuan Presiden Prabowo Subianto dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menjelaskan, Australia mempunyai lithium dan mangan. Saat ini Indonesia impor sekitar 80.000 ton lithium dari Australia untuk diproses di kawasan industri yang ada di Morowali.

Baca Juga: Wow! AS Temukan Harta Karun Lithium Senilai Lebih dari Rp 24.000 Triliun

Adapun, mineral kritis akan masuk dalam evaluasi IA-CEPA demi mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik.

"Sekarang kita targetnya CEPA-nya memasukkan critical mineral di dalamnya," ujar Airlangga di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (15/5).

Ketika ditanya soal rencana penambahan impor Lithium, Airlangga mengatakan hal itu tergantung kapasitas pabrik di dalam negeri.

"Nanti lihat tergantung kapasitas pabriknya, kan ada yang melakukan ekspansi. Jadi kalao khusus untuk baterai kita punya lithium based," ucap Airlangga.

Lebih lanjut Airlangga mengatakan, Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) sudah berlaku sejak tahun 2020. 

Airlangga bilang, IA CEPA perlu dievaluasi karena biasanya CEPA akan dievaluasi setiap 5 tahun.

Baca Juga: Permintaan Kencang, UNTD Meluncurkan Dua Seri Sepeda Listrik Berbaterai Lithium

"Jadi sudah waktunya (diperbarui), dan dalam nanti negosiasi ini tentu hal strategis baru perlu kita masukkan, termasuk kerja sama di critical mineral," terang Airlangga.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menambahkan, pembicaraan critical mineral dengan Australia demi mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik. Sebab Indonesia tidak punya lithium.

"Dan tadi, dalam pembicaraan kita, bahwa kita ada kolaborasi nanti, mereka akan kirim konsentrat lithium disini dan nanti disini yang akan olah. Jadi akan langsung terintegrasi dengan pabrik ekosistem daripada baterai mobil," kata Bahlil.

Sebelumnya, dalam konteks kerja sama ekonomi, PM Albanese menekankan pentingnya peningkatan hubungan perdagangan dan investasi antara kedua negara. PM Albanese mengajak semua pihak—pemerintah, sektor bisnis, hingga masyarakat sipil—untuk lebih aktif dalam memanfaatkan potensi ini. 

“Untuk mengubah potensi luar biasa menjadi kemajuan konkret, maka kita semua, pemerintah, bisnis, dan masyarakat sipil perlu menunjukkan keterlibatan dan ambisi yang lebih besar,” ujar Albanese.

Selanjutnya: Sinergi Inti Andalan (INET) Bidik Pendapatan Rp 474 Miliar dari Bisnis Kabel Laut

Menarik Dibaca: 4 Manfaat Pijat untuk Kesehatan Mental, Bantu Cegah Penyebab Depresi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×