Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) akan ikut memutar perekonomian daerah. Meski begitu ekonom menilai pilkada merupakan faktor pertumbuhan ekonomi yang toxic.
Ekonom Universitas Paramadina Jakarta, Wijayanto Samirin menjelaskan pelaksanaan Pilkada akan ikut memutar perekonomian daerah. Hal itu karena belanja kandidat baik untuk kampanye maupun serangan fajar kendati pun dilarang, diyakini ini masih akan terus terjadi.
"Tapi dampak pilkada ini tidak semasif dampak pilpres dan pileg lalu," ungkap Wijayanto kepada Kontan, Selasa (26/11).
Meski begitu, Wijayanto menilai pilkada, pileg dan pilpres sebenarnya merupakan faktor pertumbuhan ekonomi yang toxic. Menurutnya dana-dana yag digunakan mayoritas bukan dana gratis dan dari sumber yang tidak legal. Jika dana pilkada, pilpres dan pileg tersebut Rp 0, maka pertumbuhan ekonomi justru akan lebih besar dibandingkan kondisi saat ini. Dalam kata lain, biaya politik yang tinggi akan dibiayai oleh perekonomian dalam bentuk biaya ekonomi yang lebih tinggi.
Baca Juga: Bonus Demografi Jadi Kunci Keluar dari Middle Income Trap
Kongkritnya, saat pilkada, pilpres, pileg, dana politik akan digelontorkan dan ini mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Tetapi lima tahun setelah pesta politik usai, pertumbuhan ekonomi akan mengalami perlambatan akibat kebijakan buruk yang berpihak kepentingan investor politik, penempatan orang-orang tidak kredible diposisi-posisi penting, dan pemburukan iklim usaha secara keseluruhan.
Begitu juga dengan era perkembangan teknologi, dimana aktivitas kampanye juga sangat dominan melalui media social. Menurut Wijayanto berbeda dengan masa lalu, dimana konser dangdut, kampanye dan iklan di TV, parade, nyetak kaos masih sangat dominan. Jadi, saat ini yang diuntungkan justru para pemilik media yang kebanyakan investor dari China dan juga produsen kaos yang ternyata mayoritas adalah produk China.
"Dampak kampanye terbesar justru dari money politic atau serangan fajar yang akhir-akhir ini makin menjadi-jadi," ujarnya.
Di sisi lain, pada akhir tahun 2024 ini natal dan tahun baru menjadi faktor penting. Kendati pun daya beli sedang lesu, Masyarakat cenderung mengutamakan belanja barang sepanjang momen Nataru.
Jika melihat tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, Wijayanto mencatat event Nataru mendongkrak belanja hingga Rp 80 triliun. Jika hal yang sama terjadi tahun ini, dampak bagi pertumbuhan ekonomi akan cukup besar. Maka diharapkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2024 bisa mencapai sekitar 5,05-5,06% yoy, lebih baik dari kuartal III 2024 yang hanya 4,95%.
"Rasanya Nataru dan Pilkada adakah 2 momentum penting pendongkrak pertumbuhan ekonomi di akhir tahun 2024 ini," jelasnya.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi RI di 2024 dan 2025 Diprediksi Tak Capai 5,2%, Ini Sebabnya
Selanjutnya: Dipicu Kebijakan Donald Trump, Dolar AS Tahlukkan Sejumlah Mata Uang Utama
Menarik Dibaca: Hujan Turun di Wilayah Ini, Cek Proyeksi Cuaca Besok (27/11) di Banten
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News