Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat realisasi anggaran untuk Pilkada Serentak 2024 telah mencapai Rp 36,61 triliun per 23 Agustus 2024, atau 97% dari total Rp 37,52 triliun. Meski begitu, ekonom menilai pilkada serentak tidak berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal melihat dampak pilkada terhadap laju ekonomi Indonesia berbeda-beda bergantung besaran ekonomi dan kekuatan dari masing-masing pemerintah daerah.
Ia mengatakan, jika dilihat secara belanja pemerintah daerah ini sesuai dengan kapasitas fiskalnya 50% dari kapasitas fiskal daerah, namun masih relatif rendah karena hanya sedikit yang memiliki kapasitas fiskal tinggi untuk kemudian membiayai Pilkada.
Baca Juga: Menilik Kinerja Saham yang Dapat Aliran Deras Dana Asing
"Meski Pilkada ini juga banyak digerakkan oleh pengusaha tapi dampaknya terhadap ekonomi sifatnya lokal tidak sebesar pada Pilpres dan juga berbeda-beda antar daerah umumnya," jelas Faisal kepada Kontan, Senin (16/9).
Faisal mencermati dampak pilkada ini sangat terbatas manfaatnya bagi masyarakat dan perekonomian secara menyeluruh. Hal itu karena setelah tidak ada lagi Pilkada biasanya langsung kembali pada kondisi normal atau turun pertumbuhan ekonominya.
Jika dilihat pada pilpres sebelumnya, dampaknya mungkin relatif besar karena dapat meningkatkan belanja pemerintah dan juga belanja non-rumah tangga serta non-pemerintah.
Pada kuartal I 2024 perekonomian mengalami pertumbuhan dobel digit sehingga meski konsumsi rumah tangga hanya 4,9% tumbuhnya tapi secara keseluruhan pertumbuhan kuartal I dapat mencapai 5,1% disebabkan ada dorongan dari Pilpres.
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Defensif di Tengah Alarm Pelemahan Ekonomi dan Koreksi IHSG
"Pertumbuhan ekonominya seperti yang terjadi di Pilpres itu 5,1% kemudian turun di kuartal kedua dan juga di kuartal ketiga ini diperkirakan lebih turun lagi karena sumber pertumbuhan ekonomi yang utamanya konsumsi rumah tangga dan investasi itu malah pada tahun ini terutama kuartal satu itu lebih rendah dibandingkan dengan catatan historis," ujarnya.
Kampanye-kampenya besar yang dilansungkan saat momen pilkada kali ini juga dampaknya tidak signifikan dan bersifat sementara. Meski begitu Faisal berharap dampak pilkada mendatang di kuartal keempat bisa mendorong perekonomian tetapi diproyeksikan tidak jauh dari 5% pertumbuhan ekonomi nasional.
Baca Juga: Emiten Konsumer Bakal Didukung Pilkada dan Pemangkasan Suku Bunga di Semester II-2024
"Untuk kampanye yang paling marak mungkin adalah di bansos dari para kandidat yang mencoba untuk menyuap rakyat, dengan bansos sebagaimana juga pada kontestasi presiden yang lalu namun menurut saya dampaknya itu sangat-sangat temporer tidak terlalu signifikan, kalaupun besar itu hanya sifatnya sesaat saja," ungkapnya.
Selanjutnya: Pertumbuhan Pendapatan Bunga Bank Digital Lebih Tinggi Daripada Bank Konvensional
Menarik Dibaca: Zoho Perkenalkan Zoho CRM for Everyone, Bantu Kerja Tim Penjualan Perusahaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News