Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengumumkan penyaluran dana sebesar Rp 200 triliun dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) negara kepada lima bank nasional.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia, Fakhrul Fulvian, menilai langkah pemerintah melalui Menkeu Purbaya sebagai kebijakan reflasi yang ditunggu pasar.
“Purbaya adalah menteri reflasi. Kebijakan peningkatan likuiditas perbankan memang agak terlambat, tetapi sangat penting untuk menggerakkan kembali roda ekonomi,” ujar Fakhrul di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Mengutip Infopublik.id, Fakhrul menjelaskan, selama bertahun-tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung tertahan oleh kebijakan kontraksi, imbas dari siklus dolar dan paradigma stability over growth. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi berjalan, namun tidak merata dan belum sepenuhnya dirasakan masyarakat.
Menurutnya, kondisi saat ini menuntut pemerintah memberikan dukungan langsung untuk memperbaiki daya beli dan memulihkan perputaran ekonomi.
Baca Juga: BSI Cuma Kebagian Dana SAL Rp 10 Triliun, Ini Penjelasan Menkeu Purbaya
“Misi utama Purbaya adalah melakukan reflasi perekonomian. Reflasi berarti kebijakan terkoordinasi untuk mendorong permintaan agregat agar kembali ke level seharusnya, dengan belanja besar-besaran di sektor strategis untuk membuka lapangan kerja,” jelas Fakhrul.
Ia menekankan, setelah menempatkan dana pemerintah di perbankan, langkah berikutnya adalah merealisasikan belanja dengan kualitas tinggi. Program prioritas nasional, seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Koperasi Merah Putih, pembangunan rumah, hingga proyek padat karya, dinilai perlu mendapat porsi besar dan dipercepat agar dampaknya langsung dirasakan rakyat.
Selain itu, Fakhrul mendorong pemerintah memberikan insentif rekrutmen pegawai baru, khususnya di sektor padat karya. Skema bantuan dapat dilakukan dengan menanggung sebagian gaji pekerja baru, sehingga perusahaan tetap mampu bertahan sekaligus menyerap tenaga kerja.
Fakhrul mencontohkan, kebijakan reflasi bukan hal baru. Amerika Serikat pada 1930-an berhasil mengatasi depresi ekonomi lewat program New Deal, sementara Jepang sukses melaksanakan reflasi melalui kebijakan Abenomics.
Baca Juga: Setoran Pajak Masih Tertekan, Menkeu Purbaya Yakin Pulih di Akhir Tahun
“Masalah utama kita saat ini ada di sisi permintaan, bukan penawaran. Karena itu, stimulus yang memperkuat daya beli masyarakat adalah kunci,” tegasnya.
Agar program reflasi berjalan efektif, Fakhrul menilai komunikasi intensif antar-kementerian, Bank Indonesia, dan pemerintah daerah menjadi mutlak.
“Reflasi hanya bisa berhasil bila semua elemen pemerintah bergerak bersama, dengan pesan yang jelas kepada pasar dan masyarakat,” imbuhnya.
Ia menutup dengan menekankan pentingnya keberpihakan pada rakyat.
“Reflasi untuk rakyat adalah kunci. Jika daya beli pulih, maka pendapatan pajak, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas keuangan akan ikut terjaga,” jelasnya.
Memahami reflasi
Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan lebih jauh mengenai reflasi seperti yang dilansir dari Investopedia:
Reflasi merupakan kebijakan fiskal atau moneter yang dirancang untuk memperluas output, merangsang pengeluaran, dan menekan dampak deflasi, yang biasanya terjadi setelah periode ketidakpastian ekonomi atau resesi.
Istilah ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan fase awal pemulihan ekonomi setelah periode kontraksi.
Reflasi bertujuan untuk menghentikan deflasi—penurunan umum harga barang dan jasa yang terjadi ketika inflasi jatuh di bawah 0%.
Reflasi merupakan pergeseran jangka panjang, yang sering ditandai dengan percepatan kembali kemakmuran ekonomi dan berusaha mengurangi kelebihan kapasitas di pasar tenaga kerja.
Tonton: Purbaya Salurkan Rp 200 Triliun ke 6 Bank Himbara Mulai Hari Ini, Porsinya Berbeda
Kebijakan reflasi umumnya mencakup:
- Pemotongan pajak: Membayar pajak yang lebih rendah membuat perusahaan dan pekerja memiliki lebih banyak pendapatan. Diharapkan, pendapatan tambahan ini dibelanjakan ke dalam perekonomian, sehingga mendorong permintaan dan harga barang.
- Penurunan suku bunga: Membuat biaya pinjaman menjadi lebih murah dan tabungan menjadi kurang menarik, sehingga mendorong masyarakat dan bisnis untuk lebih banyak membelanjakan uang.
- Mengubah jumlah uang beredar: Ketika bank sentral meningkatkan jumlah uang dan instrumen likuid di sistem perbankan, biaya uang turun, sehingga mendorong investasi lebih besar dan menambah daya beli konsumen.
- Proyek modal (Capital Projects): Investasi besar dalam proyek-proyek menciptakan lapangan kerja, meningkatkan jumlah tenaga kerja yang terserap dan daya beli masyarakat.
Singkatnya, langkah-langkah reflasi bertujuan meningkatkan permintaan barang dengan memberi masyarakat dan perusahaan lebih banyak uang serta dorongan untuk membelanjakannya.
Selanjutnya: Intip Limit Transfer MyBCA ke Sesama hingga Layanan BI-FAST
Menarik Dibaca: Cek Jadwal KRL Jogja Solo untuk Akhir Pekan 13-14 September 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News