Reporter: Bidara Pink | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa ekonom memperkirakan bahwa Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7RR) di level 5% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Desember 2019 ini.
"Ini dengan menimbang ekspektasi inflasi yang tetap terkendali dalam jangka pendek dan nilai tukar rupiah yang tetap stabil," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi Kontan.co.id pada Rabu (18/12).
Baca Juga: LPEM UI prediksi BI akan menahan suku bunga acuan di Desember 2019
Selain itu, Josua juga menilai bahwa tingkat suku bunga acuan BI saat ini masih berhasil untuk menahan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) sehingga CAD pada kuartal III-2019 masih berada di level yang sehat, yaKNI 2,7% dari PDB dengan kuartal sebelumnya pernah mencapai 2,9% dari PDB.
Dari sisi internasional, Josua juga melihat penahanan suku bunga acuan ini juga harus mengacu pada kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed). Saat ini, The Fed masih berada di posisi untuk mempertahankan suku bunga The Fed di kisaran 1,5% - 1,75% bahkan di sepanjang tahun 2020.
Baca Juga: Rupiah menguat tipis ke Rp 13.995 per dolar AS pada Rabu pagi
Senada dengan Josua, Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardana juga setuju bila BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada akhir tahun ini. Menurutnya, pada level saat ini masih memberikan imbal hasil yang menarik untuk memegang instrumen rupiah relatif terhadap negara lain.
Bahkan, dengan melihat kondisi saat ini, Wisnu melihat bahwa tingkat suku bunga sudah efektif apalagi dari sisi perbankan. Apalagi, saat ini perbankan masih memiliki kecenderungan memiliki penurunan kualitas aset.
Baca Juga: Tertekan dalam dua tahun terakhir, IHSG berpotensi moncer pada 2020
"Meski begitu, implementasi lanjutannya, yaitu transmisi moneter dari sektor perbankan ke sektor riil masih membutuhkan waktu," tambah Wisnu.
Untuk ke depannya, Josua mengimbau agar BI tetap perlu menjaga interest rate difference. Ini bisa dilakukan dengan menjaga daya tarik aset keuangan rupiah sehingga nantinya tetap mendorong aliran modal masuk. Dengan masih derasnya aliran modal masuk, ini akhirnya juga bisa meningkatkan likuiditas sektor perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News