Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca perdagangan dinilai masih akan berlanjut sampai akhir tahun nanti. Ekonom memprediksi, defisit neraca perdagangan di bulan Agustus diperkirakan sekitar US$ 1,1 miliar sampai US$ 1,5 miliar.
Bhima Yudhistira Adhinegara, Ekonom Indef mengatakan, sampai akhir tahun ini, defisit neraca perdagangan diproyeksi mencapai US$ 5 miliar, berbanding terbalik dengan surplus tahun 2017 yang sebesar US$ 11,8 miliar.
Hal itu disebabkan efek perang dagang Amerika Serikat dan China yang mulai berdampak negatif bagi neraca perdagangan Indonesia. China terus melempar ekses produksinya ke Indonesia, paska produknya dihambat masuk Amerika Serikat.
Total impor yang masuk ke Indonesia dari China naik hingga 32% pada periode Januari sampai dengan Juli 2018. Nilainya sebesar US$ 24,8 miliar atau sekitar 27,3% dari total impor non migas.
"Sebagai pasar yang besar di ASEAN dengan 260 juta penduduk, Indonesia adalah sasaran empuk dari ekspor negara lain," ujarnya, Sabtu (15/9).
Di sisi lain, harga minyak mentah dunia masih akan bergerak naik. Ditambah adanya pelemahan kurs rupiah, impor migas akan terus melebar. Pada Januari sampai dengan Juli 2018, defisit migas tembus US$ 6,6 miliar, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yaitu US$ 4,6 miliar. Hal ini merupakan sebuah peringatan untuk Indonesia.
"Defisit perdagangan yang terus melebar bisa memperlebar defisit transaksi berjalan. Pada akhirnya permintaan dollar dan rupiah menjadi tidak seimbang. Hal ini akan mengakibatkan pelemahan kurs karena permintaan dollar untuk impor jauh lebih besar," ujarnya.
Ia menilai, tren kenaikan impor akan mencapai puncaknya di bulan Oktober sampai dengan November 2018, terutama impor barang konsumsi untuk memenuhi kebutuhan permintaan libur natal dan tahun baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News