Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Narita Indrastiti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren defisit pada neraca perdagangan, diperkiraan masih akan berlanjut hingga Agustus tahun ini. Meski pada bulan tersebut, musim Ramadan dan Idul Fitri telah terlewati.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan, kinerja defisit neraca dagang bulan lalu yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS), Senin (17/9) besok, akan lebih baik dibanding bulan sebelumnya. Meski masih defisit, Dody memperkirakan besarannya masih lebih rendah dari Juli yang sebesar US$ 2,03 miliar.
"Kami lihat sudah ada gambaran positif, paling tifak kalau ada defisit maka defisitnya lebih kecil dari US$ 2 miliar," kata Dody, Jumat (14/9) lalu.
Untuk diketahui, defisit neraca dagang Juli menjadi defisit terbesar yang dicatatkan Indonesia setelah Juli tahun 2013 lalu. Catatan BPS, defisit neraca dagang Juli 2013 mencapai US$ 2,3 miliar.
Baik ekspor maupun impor di Juli 2018, mengalami kenaikan yang tinggi. Namun, tingginya kenaikan ekspor tak mampu menandingi tingginya impor pasca Lebaran lalu.
Di Juli 2018, nilai ekspor tercatat sebesar US$ 16,24 miliar, naik 25,19% dibanding bulan sebelumnya dan naik 19,33% year on year (yoy). Sementara itu, nilai impor Juli 2018 tercatat sebesar US$ 18,27 miliar atau naik 62,17% dibanding bulan sebelumnya dan tumbuh 31,56% yoy.
Baik impor konsumsi, bahan baku, maupun barang modal meningkat dibanding bulan sebelumnya. Namun, kenaikan tertinggi terjadi pada impor barang konsumsi dan barang modal.
BPS mencatat, impor barang konsumsi pada Juli sebesar US$ 1,72 miliar, naik 70,5% dibanding Juni 2018 dan tumbuh 60,75% yoy. Sementara itu, impor barang modal tercatat US$ 2,88 miliar, naik 71,95% secara bulanan dan tumbuh 24,81% yoy. Sedangkan impor bahan baku yang mencapai US$ 13,67 miliar, naik 59,28% dibanding Juni dan tumbuh 30,07% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News