Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Dunia (World Bank) menaikkan proyeksi terbarunya terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2025 dari sebelumnya 4,7% menjadi 4,8%. Sementara itu, proyeksi untuk tahun 2026 tetap dipertahankan di level 4,8%.
Seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang naik tersebut, Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, menilai momentum pemulihan ekonomi Indonesia akan semakin kuat pada kuartal-kuartal mendatang.
“Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan menguat dalam beberapa kuartal ke depan, ditopang oleh efek gabungan dari kebijakan ekspansif pemerintah dan pelonggaran moneter,” ujarnya dalam laporan riset Office of Chief Economist Bank Mandiri dikutip Rabu (8/9/2025)
Baca Juga: Bank Dunia Optimistis Ekonomi China & RI Tumbuh 4,8%, Tapi Momentum Bisa Melemah 2026
Menurut Andry, penempatan dana sebesar Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan ke sistem perbankan, ditambah dengan lima kali pemangkasan suku bunga BI secara berturut-turut, akan meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan kredit.
“Kondisi ini akan memberikan dorongan pada belanja rumah tangga dan aktivitas investasi, terutama pada kuartal IV-2025,” jelasnya.
Tim Ekonom Bank Mandiri mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5,0% pada 2025 dan 5,2% pada 2026, seiring berlanjutnya transmisi kebijakan akomodatif dan pemulihan permintaan domestik yang berkesinambungan.
Sementara itu, dalam laporan East Asia and Pacific Economic Update edisi Oktober 2025, Bank Dunia menilai prospek ekonomi Indonesia masih solid, seiring berlanjutnya upaya pemerintah mendorong permintaan domestik melalui kebijakan fiskal yang terarah di sektor pangan, transportasi, dan energi. Selain itu, program bantuan sosial juga dinilai berperan penting menjaga daya beli rumah tangga.
Baca Juga: Kata Bank Dunia Soal Ekonomi Indonesia: Masih Bergantung pada Subsidi dan BUMN
Bank Dunia mencatat, investasi di Indonesia akan tetap menjadi motor utama pertumbuhan.
Dorongan datang dari proyek-proyek pemerintah melalui Danantara, kebijakan pelonggaran moneter yang mendukung ekspansi kredit swasta, serta peningkatan arus masuk investasi asing langsung (FDI) yang didorong oleh program hilirisasi, deregulasi, dan reformasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Namun, lembaga tersebut juga mencermati bahwa pelemahan ekspor neto masih menjadi tantangan, terutama akibat turunnya harga komoditas global dan perlambatan ekonomi Tiongkok.
Meski begitu, peningkatan permintaan domestik diperkirakan dapat menutupi dampak negatif tersebut.
Selanjutnya: Miris, Rakyat Korea Utara yang Kelaparan Dilaporkan Berburu Harimau untuk Dimakan
Menarik Dibaca: Pasar Kripto Tergelincir, PancakeSwap Justru Melejit 14% ke Puncak Top Gainers
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News