Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Surplus neraca perdagangan Indonesia diperkirakan masih berlanjut ke bulan lalu. Bahkan, Bank Indonesia (BI) memperkirakan neraca dagang Juni 2017 yang akan diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) Senin (17/7), bisa surplus US$ 1,4 miliar.
Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, surplus tersebut terutama ditopang oleh surplus neraca nonmigas sebesar US$ 1,9 miliar. Sementara neraca migas mengalami defisit sekitar US$ 500 miliar-US$ 600 miliar.
"Ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi surplusnya menjadi US$ 1,4 miliar," kata Perry, Jumat (14/7) lalu.
Angka yang diramal BI itu memang jauh lebih tinggi dari surplus Mei 2017. Bahkan, hampir mencapai tiga kali lipatnya. Catatan BPS, surplus neraca dagang Mei 2017 hanya sebesar US$ 474 juta, menyusut dari bulan sebelumnya.
Surplus tersebut disebabkan oleh nilai ekspor sebesar US$ 14,29 miliar, naik 7,62% dibanding April dan naik 24,08% year on year (YoY). Sementara, nilai impor tercatat US$ 13,82 miliar, naik cukup tinggi sebesar 15,76% dibanding April 2017 dan naik 24,03% YoY.
Lebih lanjut Perry mengatakan, surplus neraca dagang di Juni dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang masih membaik. Khususnya, karena perbaikan ekspor komoditas berbasis sumberdaya alam, seperti batubara, kelapa sawit, nikel, kopi, dan karet.
"Lagi-lagi juga jadi daya dorong dari ekonomi bahwa sektor eksternal itu masih memberikan sumbangan ke pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di kuartal kedua tahun ini," tambahnya.
Namun demikian di sisi lain, pihaknya juga melihat ekspor kimia, alas kaki, bahan kertas, dan mesin alat elektronik juga mengalami perbaikan. Hal ini juga menjadi daya dukung pertumbuhan ekonomi kuartal kedua tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News