Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia atau KAI (Persero), Bobby Rasyidin menanggapi permasalahan yang tengah bergulir terkait utang proyek Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) di mana menjadi beban perusahaan.
Bobby yang baru saja didapuk menjadi Dirut KAI pada 12 Agustus 2025 ini mengungkapkan bahwa pihaknya akan mendalami prahara yang menekan perusahaan pelat merah tersebut.
“Kami yakin dalam satu minggu ke depan, kami bisa memahami semua kendala-kendala, permasalahan-permasalahan yang ada di dalam KAI ini. Terutama kami dalami juga masalah KCIC yang seperti yang disampaikan tadi, memang ini bom waktu,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Rabu (20/8/2025).
Di samping itu, Bobby menuturkan bahwa pihaknya ke depan juga bakal melakukan koordinasi dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk menemukan jalan keluar terkait utang KCIC tersebut.
Baca Juga: Bobby Rasyidin Gantikan Didiek Hartantyo Jadi Dirut PT KAI
“Jadi kami akan koordinasi dengan Danantara untuk penyelesaian (utang) KCIC ini,” tuturnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR RI, Andre Rosiade mengatakan bahwa di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) Danantara di tahun 2025, sudah tertuang solusi untuk penyelesaian utang KCIC.
“Dalam RKAP 2025 Danantara, itu sudah ada solusi untuk penyelesaian KCIC. Nah, saya minta pak Bobby koordinasi dengan Danantara. Setiap bulan KAI pasti diundang oleh Danantara untuk evaluasi kinerja,” katanya dalam rapat tersebut.
Andre menyatakan bahwa restrukturisasi utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dinilai harus segera ditangani. Dia membocorkan, salah satu opsi solusi yang akan diambil Danantara ihwal prahara ini adalah mengeluarkan aset KCIC menjadi aset negara.
Dia pun tak memungkiri bahwa solusi ini memang terasa tak sedap diterima oleh perusahaan, namun ini merupakan jalan yang harus ditempuh demi menyelamatkan risiko operasional yang bakal berdampak kepada KAI.
Baca Juga: KAI Catat Angkutan Barang 39,2 Juta Ton hingga Juli 2025, Kontribusi Batubara 82,83%
“Kalau beban itu terus ada di KAI, tidak ada uang nantinya tersedot semua, akhirnya berdampak kepada kualitas pelayanan publik,” tandasnya.
Sebelumnya, pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) atau Whoosh terus membebani keuangan sejumlah BUMN yang terlibat di dalamnya.
Bahkan, saat proyek sudah rampung dan beroperasi, Whoosh terus mencatat rugi dengan nilai yang fantastis.
Adapun empat BUMN Indonesia yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN dalam pembangunan Whoosh harus menanggung beban utang dan bunga tinggi kepada pihak China.
Di antaranya, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara I (Persero) (PTPN).
Baca Juga: KAI Telah Proses Pembatalan 22.664 Tiket Imbas Anjloknya KA Argo Bromo Anggrek
Mayoritas pendanaan proyek ini berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB), sementara sisanya ditopang oleh APBN serta modal dari konsorsium perusahaan patungan BUMN Indonesia dan China.
Dikerjakan sejak 2016, proyek KCJB mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 18,02 triliun. Hasil audit yang dilakukan Indonesia dan China mencatat total biaya pembangunan Whoosh naik jadi US$ 7,27 miliar atau sekitar Rp 118,21 triliun mayoritas pinjaman dari CDB.
Dalam laporan keuangan PT KAI 30 Juni 2025, PT Pilar Sinergi BUMN (PT PSBI) mencatat rugi Rp 4,19 triliun sepanjang tahun 2024. Berlanjut di 2025, per Juni 2025 PT PSBI rugi Rp 1,62 triliun.
PT KAI sebagai pemegang saham PT PSBI sebesar 58,53% harus ikut menanggung rugi hampir Rp 1 triliun atau sebesar Rp 951,48 miliar sepanjang semester I 2025. Sementara di 2024, KAI harus ikut menanggung rugi sebesar Rp 2,23 triliun.
Baca Juga: Pixel Group dan KCIC Kerjasama Bangun Ekosistem Iklan Digital di Kereta Cepat Whoosh
Selanjutnya: Ada 2 Perusahaan Dapat Fasilitas Kawasan Berikat, Bakal Serap 3.950 Pekerja
Menarik Dibaca: 10 Tips Jitu Konsisten Menabung yang Bisa Anda Terapkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News