Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Hujan deras yang melanda Jakarta dan sekitarnya pada Rabu (5/2) ini kembali membuat sejumlah pusat perdagangan dan industri tergenang banjir.
Wakil Ketua Kama Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Sarman Simanjorang bilang, dibeberapa titik pusat bisnis, seperti kawasan JIEP Pulogadung sempat terendam banjir mencapai 50 cm, namun tidak sampai masuk ke lokasi pabrik.
"Namun mengganggu operasional karena banyak pekerja yang tidak bisa masuk kerja akibat terhalang oleh banjir, tapi pada siang hari air perlahan mulai surut," ujar Sarman, dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Rabu (5/2).
Daerah lainnya yang terkena banjir adalah Kelapa Gading dan Mangga Dua, tapi kedua pusat perbelanjaan disana tetap buka meskipun tokonya banyak yang tutup akibat para pekerja yang tidak bisa mengakses wilayah itu akibat banjir sejak pagi.
Hal yang diluar dugaan adalah sepanjang jalan Hayam Wuruk, Pinangsia sampai Glodok yang sebelumnya tidak terkena banjir, justru tergenang air setinggi 50 cm.
"Dampaknya pusat perbelanjaan yang ada di sekitar Glodok seperti; HWI Lindetes, Glodok Jaya, Harco, LTC, Glodok City hampir 75% toko tidak buka," katanya.
Sarman menjabarkan, jumlah toko di lima pusat perdagangan tersebut diperkirakan sekitar 3000 toko. Jika omzet per hari rata-rata Rp 5 juta, maka pedagang akan merugi hingga Rp 12 miliar. Jumlah itu belum termasuk kerugian para pedagang disepanjang jalan Hayam Wuruk.
Pemicu Inflasi
Ia berharap, ancaman banjir yang melanda kota Jakarta segera diselesaikan, sehingga tidak mengganggu aktivitas perekonomian yang dapat mengancam pertumbuhan ekonomi Jakarta yang tahun ini ditargetkan mencapai 6,1%-6,5% seiring naiknya inflasi.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), akibat banjir yang merendam Jakarta dan sekitarnya memicu kenaikan harga, sehingga laju inflasi Januari menembus 1,05% lebih tinggi dibandingkan Januari 2013 dimana bencana banjir hanya mendongkrak inflasi 0,88%.
"Semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks yaitu kelompok makanan 2,83%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,96%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,91%, kelompok sandang 0,86%, kelompok kesehatan 0,70%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,61%, dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,41%," urainya.
Laju inflasi di DKI Jakarta awal tahun ini jauh lebih tinggi. Sebab, banjir mempengaruhi wilayah penyangga, seperti Tangerang, Bekasi, Cikarang, Karawang termasuk jalur pantai utara jalur utama dari dan ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
"Kami berharap pemerintah DKI Jakarta memiliki terobosan dan focus untuk mengatasi ancaman banjir yang hampir setiap tahun melanda kota Jakarta dengan kerugian yang cukup besar," tambahnya.
Sebagai pusat bisnis, pusat perdagangan, pariwisata, dan investasi, Jakarta harus mampu menekan dampak banjir yang mengancam aktivitas perekonomian sehingga para investor, wisatawan, dan pebisnis lainnya tidak ragu untuk datang ke Jakarta, terlebih tahun depan tanggal 1 Januari 2015 k sudah memasuki ASEAN Economy Community.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News