kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.927.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.328   26,00   0,16%
  • IDX 7.398   86,28   1,18%
  • KOMPAS100 1.045   8,58   0,83%
  • LQ45 789   3,60   0,46%
  • ISSI 248   5,04   2,07%
  • IDX30 409   1,66   0,41%
  • IDXHIDIV20 466   1,61   0,35%
  • IDX80 118   1,07   0,92%
  • IDXV30 119   0,63   0,53%
  • IDXQ30 130   0,11   0,08%

Ekspor Produk Industri Padat Karya Lesu, Ekonom Indef Ungkap Pemicunya


Senin, 21 Juli 2025 / 18:35 WIB
Ekspor Produk Industri Padat Karya Lesu, Ekonom Indef Ungkap Pemicunya
ILUSTRASI. Suasana bongkar muat petikemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (16/7). Penurunan ekspor Indonesia tidak hanya mencerminkan lemahnya daya saing, tetapi juga mulai berdampak serius terhadap sektor tenaga kerja.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Institute for Development of Economic and Finance (Indef) mengungkapkan, penurunan ekspor Indonesia tidak hanya mencerminkan lemahnya daya saing, tetapi juga mulai berdampak serius terhadap sektor tenaga kerja, khususnya di industri padat karya.

Hal ini disampaikan Peneliti Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Ahmad Heri Firdaus, menanggapi kebijakan tarif baru Amerika Serikat (AS) terhadap produk asal Indonesia.

“Tarif kita lebih rendah 19%, tapi penurunan ekspor kita lebih besar. Dampak yang paling dirasakan itu adalah bagi industri tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki. Ini sektor padat karya yang paling tergerus,” ujar Heri dalam diskusi, Senin (21/7).

Baca Juga: Tarif Trump Goncang Ekspor Batubara Indonesia, Pengusaha Perlu Bidik Pasar Baru

Menurut Heri, penurunan ekspor Indonesia pada 2024 tercatat lebih tajam dibandingkan sejumlah negara lain seperti Vietnam, Meksiko, Brazil, Pakistan, India, dan bahkan Bangladesh.

Hal ini menunjukkan daya saing produk Indonesia masih tertinggal, terutama secara kompetitif.

"Tenaga kerja juga paling tergerus di tekstil, WAP (wearing apparel), Textile, dan alas kaki masuk di dalamnya. Itu turun juga, mau yang pekerja kasar atau pekerja profesional turun. Jadi memang catatan pertama, dampak yang paling dirasakan itu adalah bagi industri tekstil pakaian jadi dan alas kaki," ungkap Heri.

Sektor tekstil dan alas kaki selama ini dikenal menyerap jutaan tenaga kerja dan menjadi basis produksi bagi banyak merek global. Heri mengingatkan bahwa tren penurunan ekspor dan efisiensi produksi yang belum maksimal bisa memicu kekhawatiran investor asing.

Baca Juga: Indef: Tarif Baru AS Bikin Ekspor Loyo, Ekonomi Diprediksi Melambat di Bawah 5%

“Kalau pemilik merek global melihat kondisi ini, bisa saja mereka berpikir ulang untuk berinvestasi di Indonesia. Nike saja punya sekitar 50 pabrik di Indonesia. Kalau tidak menguntungkan, bisa jadi mereka pindah,” jelasnya.

Ia menambahkan bahwa keunggulan komparatif seperti pada sektor kelapa sawit tidak cukup untuk menopang keseluruhan struktur ekspor dan ketenagakerjaan. Industri yang bersifat padat karya justru perlu mendapat perhatian ekstra.

“Industri tekstil dan alas kaki sangat bergantung pada pasar ekspor seperti Amerika Serikat. Jika tidak ada strategi untuk memperkuat daya saing dan efisiensi, maka ancaman terhadap lapangan kerja akan makin nyata,” ujarnya.

Baca Juga: Soal Tarif Impor AS 19%, Apindo: Masih Ada Ruang Jaga Daya Saing Ekspor

Dengan diberlakukannya tarif baru sebesar 19% mulai Agustus 2025 oleh AS, Heri menilai pemerintah perlu merumuskan langkah taktis untuk melindungi sektor padat karya dari guncangan global dan menjaga kepercayaan investor.

Asal tahu saja, berdasarkan prinsip World Trade Organization (WTO), tarif yang berlaku untuk ekspor Indonesia ke AS adalah tarif MFN (Most-Favored Nation) yakni sebesar 8% pada tahun 2023.

Secara rinci, tarif MFN sebesar 8,6% untuk produk pertanian dan 7,9% untuk produk non-pertanian. 

Selanjutnya: Pungutan Cukai Pangan Olahan Bernatrium Bakal Berlaku pada 2026, Ini Kata Bea Cukai

Menarik Dibaca: Kenali Masalah Urologi Pria Lewat Gejala dan Solusinya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×