Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Pemerintahan Donald Trump memberlakukan tarif resiprokal sebesar 32% yang membawa tekanan besar terhadap perekonomian Indonesia.
Kebijakan ini menurunkan daya saing ekspor Indonesia di pasar AS karena harga barang menjadi lebih mahal.
Lantas, bagaimana cara Indonesia untuk menghadapi tarif resiprokal AS ini?
Melansir Infopublik.id, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan ada beberapa hal yang dapat dilakukan Indonesia untuk menghadapi kebijakan tarif resiprokal AS di bawah kepemimpinan Donald Trump.
Salah satunya, Indonesia sebaiknya memperkuat strategi diversifikasi pasar ekspor.
Selain itu, Indonesia dapat memanfaatkan peluang pergeseran rantai pasok global, dan memaksimalkan keunggulan di sektor-sektor yang memiliki preferensi tarif lebih rendah seperti pakaian jadi dan alas kaki.
“Tarif yang lebih rendah untuk Indonesia dibandingkan Vietnam, Bangladesh, dan Kamboja memberikan ruang untuk ekspansi pasar yang lebih agresif,” kata Josua melalui ketetangan resmi, seperti dilansir ANTARA, Rabu (9/4/2025).
Baca Juga: Investor dan Ekonom Sama-Sama Cemas Tarif Trump, Ini Nasihat Jitu Warren Buffett
Untuk itu, lanjut Josua, pemerintah perlu mempercepat deregulasi, terutama terkait Non-Tariff Measures (NTM) yang masih membebani 70 persen nilai impor Indonesia, serta memperbaiki efisiensi logistik dan proses perizinan, yang saat ini jauh lebih lambat dibandingkan negara pesaing di ASEAN.
Josua menilai, ketahanan ekonomi Indonesia terhadap gejolak tarif Trump juga relatif solid. Stabilitas sektor keuangan, pertumbuhan kredit yang tetap positif, serta cadangan devisa dan CAR perbankan yang kuat menunjukkan bahwa Indonesia memiliki bantalan yang cukup untuk menahan guncangan eksternal.
Meski Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar mengalami tekanan, fundamental ekonomi tetap tumbuh positif, dan daya saing nasional meningkat signifikan (peringkat ke-27 dunia, naik tujuh peringkat).
Namun demikian, tantangan tetap ada, terutama dari sisi ketergantungan pada ekspor komoditas strategis yang harganya tengah mengalami penurunan akibat lemahnya permintaan global.
Baca Juga: Balas Tarif Trump 104%, China Akan Larang Semua Film dari AS