kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Wamentan tekankan pentingnya bio energi


Kamis, 25 April 2013 / 19:43 WIB
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi keuangan di?kantor cabang BCA di Jakarta, Selasa (25/5). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/25/05/2021.


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Menjelang kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Rusman Heriawan menegaskan pentingnya pengembangan bio-energi.  Dengan kondisi di mana subsidi BBM makin berkurang yang berakibat harga premium dan solar meningkat, sudah saatnya perhatian terhadap pengembangan bio-energi kembali dihidupkan.

Kendala utama yang menghambat perkembangan penggunaan bio-energi adalah harga jual bahan bakarnya yang sulit bersaing secara keekonomian dengan BBM bersubsidi. Sebagai contoh, tumbuhan Jarak Pagar atau biasa disebut Jatropha. Harga Bahan Bakar Jatropha perliter sekitar Rp 7.000. "Tentu saja akan sangat sulit bersaing dengan Premium atau Solar yang harganya Rp 4.500," kata Rusman kepada Kontan, Kamis, (25/4).

Masih ada komoditi lain seperti Kemiri Sunan. Tumbuhan ini mampu menghasilkan bahan bakar biodiesel yang bisa menjadi sumber energi alternatif. Kandungan yang ada dalam bagian inti biji inilah yang menghasilkan minyak. "Tapi ya itu, pengembangan Kemiri Sunan juga terkendala harga yang sulit bersaing dengan BBM bersubsidi," ujar Rusman dengan nada kecewa.

Selain itu, pengembangan tanaman bio-energi dijamin tak akan menghambat program pengembangan tanaman pangan karena memiliki tujuan dasar yang berbeda.

Untuk pelaksana teknis di lapangan, Rusman berpendapat tak perlu harus ada BUMN khusus seperti halnya Pertamina bagi BBM. Keberadaan BUMN khusus hanya akan membuat harga bahan bakar bio-energi menjadi lebih mahal. Produsen bahan bakar bio-energi tetap swasta, sedangkan Pertamina bertindak menjadi pembeli tunggal. Langkah ini perlu dilakukan Pertamina untuk mengharmoniskan BBM ke Bahan Bakar Nabati (BBN). "Sehingga masyarakat yang mau membeli bahan bakar bio-energi, cukup mendatangi SPBU jaringan Pertamina yang sudah ada di mana-mana," pungkas Rusman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×