Reporter: Asnil Bambani Amri, Fitri Nur Arifenie | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Nama Rudi Rubiandini mencuat sebagai sosok yang akan mengisi kekosongan kursi Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Pria kelahiran 9 Februari 1962 ini sebelumnya menjabat sebagai Deputi Pengendalian Operasi Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas (BP Migas).
Seiring kekosongan kursi yang sebelumnya diisi almarhum Widjajono Partowidagdo itu, Rudi ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai pendamping menteri ESDM, Jero Wacik.
“Ini adalah sebuah tugas yang sangat berat bagi siapapun karena bidang energi merupakan tulang punggung kebutuhan bangsa,” kata Rudi menjawab penunjukan dari orang nomor wahid di Indonesia itu, Rabu (13/6).
Lantas, apa yang akan dilakukan oleh lulusan Doctor Engineer bidang Teknik Perminyakan dari Technische Universitaet Clausthal, Jerman Barat itu saat menjabat sebagai wakil menteri ESDM? Berikut program yang diajukan oleh Rudi Rubiandini setelah dilantik menjadi Wamen:
1. Sektor energi primer
Produksi minyak Indonesia sedang menurun, sementara produksi gas memiliki harapan ditingkatkan sering adanya beberapa proyek yang berjalan. Dari sisi konsumsi, kebutuhan minyak dan gas naik tajam seiring naiknya pendapatan per kapita bangsa Indonesia, ditambah jumlah penduduk yang meningkat.
Pemenuhan kebutuhan energi primer kian sulit dilaksanakan karena kekurangan infrastruktur. Mulai dari kapasitas kilang sangat terbatas, jika ada kilang rusak, maka sebagian minyak yang diproduksi tidak bisa diolah di dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia butuh tambahan kilang untuk meningkatkan kehandalan.
Setelah kilang, infrastruktur pipa untuk penyaluran gas dari hulu sampai hilir juga masih terbatas. Padahal keberadaan pipa dibutuhkan untuk menyukseskan program konversi BBM ke BBG.
Pipa dibutuhkan untuk menyambungkan sumber gas di satu daerah ke konsumen di daerah lain, utamanya di Pulau Sumatra dan Jawa. Pipa juga dibutuhkan untuk menghubungkan satu pulau ke pulau lain (dari natuna, Kalimantan, Sumatra, Papua, Jawa.
2. Sektor energi non migas
Cadangan minyak Indonesia hanya 0,3% dari cadangan dunia, dan cadangan gas hanya 1,7% dari cadangan dunia. Maka itu, harus dinaikkan peran sumber panas bumi, karena Indonesia memiliki 50% cadangan dunia, sumber energi matahari yang berlimpah, batubara, dan bio fuel yang diperoleh dari tanaman yang tumbuh subur di Indonesia. Tidak boleh menutup kemungkinan ada pemakaian energi nuklir.
Ketersediaan energi non fosil memberikan rangsangan bagi konsumen agar bersaing dengan sumber energi migas. Bentuk rangsangan itu berupa bentuk penetapan harga jual yang tidak terlalu berbeda dengan migas, sehingga masyarakat memiliki kesadaran dan keinginan yang cukup tinggi mau menggunakan energi non migas.
Khusus untuk energi panas bumi, ada keterbatasan dalam jangkauannya. Maka itu harus diutamakan penggunaan energi dari daerah yang memiliki panas bumi tersebut, sehingga kebutuhan energi migas di daerah itu bisa turun.
Untuk penggunaan energi batubara, selain meningkatkan pemakaian di dalam negeri, juga dimungkinkan adanya konversi energi di mulut tambang, sehingga daerah sekitar dapat energi listrik secara langsung.
3. Pengelolaan energi mineral
Energi mineral bisa ditingkatkan untuk mendapatkan devisa negara yang lebih tinggi dengan cara ekstraksi, sehingga bijih yang berkualitas tinggi yang bisa dikirim ke pasar. Tahap berikutnya membangun infrastruktur pengolahan biji, sehingga menghasilkan bahan setengah.
Penertiban di berbagai hal di urusan mineral, baik dalam hal pengukuran, penghitungan, pajak, lingkungan dan CSR, sehingga lebih peduli pada masyarakat sekitar dan kepada pelestarian lingkungan.
4. Listrik
Akan meningkatkan ketersediaan listrik sampai ke desa-desa. Namun masalah harga yang optimum harus ditingkatkan. Di sisi lain, efisiensi teknis dan bisnis masih harus dilakukan sehingga biaya konversi listrik bisa turun dan harga listrik ke masyarakat bisa lebih ringan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News