Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Permata Institute for Economic Research (PIER) memperkirakan adanya penyempitan surplus neraca perdagangan Indonesia untuk periode April 2025, menjadi US$ 3,10 miliar atau menurun dibandingkan surplus bulan sebelumnya US$ 4,33 miliar pada Maret.
Head of Macroeconomic and Financial Market Research, Bank Permata Faisal Rachman menyampaikan, penurunan surplus neraca dagang RI terutama disebabkan oleh perlambatan musiman dalam ekspor dan impor bulanan karena periode libur Idul Fitri yang Panjang.
Meski begitu, penurunan impor dinilai cenderung tidak terlalu besar, yang mencerminkan aktivitas impor yang dimuat di depan menjelang penerapan tarif timbal balik AS.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang Bakal Kian Menyusut
Begitu juga dengan ekspor bulanan diperkirakan akan mengalami kontraksi, konsisten dengan tren musiman historis mereka selama periode Idul Fitri.
"Aktivitas ekspor biasanya melambat selama liburan Idul Fitri, yang tahun ini terjadi pada minggu pertama bulan April 2025. Selain itu, harga yang lebih lemah untuk komoditas utama seperti CPO dan batubara diperkirakan akan berkontribusi pada penurunan bulanan," terang Faisal kepada Kontan, Rabu (14/5).
Pihaknya memproyeksikan ekspor Indonesia memproyeksikan turun 9,22% (month to month/mom) di April 25, meskipun masih mencatat pertumbuhan tahunan yang solid sebesar 7,60% yoy.
Sementara itu dari sisi impor bulanan juga terlihat menurun, meskipun tidak setajam ekspor. Impor Indonesia diproyeksikan berkontraksi 4,83% mom pada April 2025, namun masih mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 6,57% yoy.
Baca Juga: Surplus Neraca Dagang RI Diperkirakan Melambat pada April 2025
Faisal menyebut, aktivitas impor biasanya melambat selama periode libur panjang Idul Fitri. Penurunan ini lebih lanjut didukung oleh melemahnya harga minyak dan depresiasi Rupiah di tengah ketidakpastian global yang meningkat di bulan April 2025.
Meski demikian, kontraksi impor bulanan diperkirakan akan lebih dalam dibandingkan dengan ekspor, didorong oleh aktivitas impor yang dimuat di depan (front-loaded) di tengah tarif timbal balik AS. Khususnya, ekspor China ke Indonesia pada April menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Selanjutnya: Laju Pertumbuhan Melambat, Jumlah Penduduk Indonesia Masih Terbesar Keempat Dunia
Menarik Dibaca: Dividen Astra International (ASII) Rp 308 per saham, Potensi Yield Sekitar 6%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News