kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.931.000   26.000   1,36%
  • USD/IDR 16.454   -14,00   -0,09%
  • IDX 6.907   74,74   1,09%
  • KOMPAS100 1.002   11,71   1,18%
  • LQ45 776   8,78   1,14%
  • ISSI 220   2,84   1,31%
  • IDX30 403   3,85   0,96%
  • IDXHIDIV20 476   2,72   0,58%
  • IDX80 113   1,35   1,21%
  • IDXV30 115   0,26   0,23%
  • IDXQ30 132   1,07   0,82%

Sri Mulyani: Tahan Banting! Ekonomi RI Tumbuh 4,87% di Tengah Gejolak Global


Selasa, 06 Mei 2025 / 10:04 WIB
Sri Mulyani: Tahan Banting! Ekonomi RI Tumbuh 4,87% di Tengah Gejolak Global
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (year on year/YoY). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/foc.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian global yang masih menantang, perekonomian Indonesia tetap tumbuh solid pada kuartal I-2025.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencatat pertumbuhan sebesar 4,87% secara tahunan (year on year/YoY).

Menurut Menkeu, konsumsi rumah tangga menjadi motor utama pertumbuhan dengan kontribusi signifikan, ditopang insentif fiskal dari APBN, stabilitas harga pangan, serta meningkatnya mobilitas masyarakat saat libur Tahun Baru, Ramadan, dan Idulfitri.

Baca Juga: IHSG Rawan Terkoreksi pada Selasa (6/5) Usai Data Pertumbuhan Ekonomi Dirilis

"Di tengah perlambatan ekonomi global, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang baik. Optimisme dijaga melalui peran APBN yang bekerja optimal melindungi masyarakat dan mendorong pertumbuhan berkelanjutan," ujar Sri Mulyani dalam pernyataan resminya, Selasa (6/5).

Konsumsi Tetap Kuat, Investasi Tertahan

Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,89%, ditopang pemberian THR, diskon tarif listrik dan tol, insentif PPN DTP untuk properti, serta PPh 21 DTP bagi sektor padat karya.

Sementara itu, konsumsi pemerintah terkontraksi 1,38% akibat efek basis tinggi pada kuartal I-2024 yang dipenuhi belanja pemilu dan bansos.

Baca Juga: Ekonom Danamon Proyeksi Kuartal II 2025 Ekonomi RI Tumbuh 4,79%, Ini alasannya

Investasi (PMTB) hanya tumbuh 2,12%, terutama karena perlambatan investasi bangunan dan mesin non-kendaraan.

Sentimen "wait and see" investor pada masa transisi pemerintahan juga turut memengaruhi sektor konstruksi, yang hanya tumbuh 2,18%.

Ekspor Tumbuh Stabil, Pertanian Melonjak

Ekspor barang dan jasa tumbuh stabil 6,78%, didorong lonjakan ekspor sawit (HS15) sebesar 36% dan besi baja (HS72) 6,6%.

Dari sisi produksi, sektor pertanian mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 10,52%, berkat panen raya padi dan peningkatan permintaan pangan selama Ramadan.

Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tak Sampai 5% di Kuartal I-2025, Ini Saran Luhut

Produksi beras nasional pada Januari–Februari 2025 melonjak lebih dari 60% (yoy), dengan stok Bulog mencapai 2,5 juta ton. Laporan Rice Outlook April 2025 menempatkan Indonesia sebagai produsen beras terbesar di ASEAN, dengan produksi diproyeksikan mencapai 34,6 juta ton.

Sektor Industri dan Jasa Tetap Tangguh

Industri pengolahan yang berkontribusi 19,3% terhadap PDB tumbuh 4,55%, didukung kelanjutan program hilirisasi.

Sektor perdagangan tumbuh 5,03%, sementara transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan-minum masing-masing tumbuh 9,01% dan 5,75%, mencerminkan mobilitas dan daya beli yang kuat.

Sektor jasa informasi dan komunikasi tumbuh 7,72% didorong transformasi digital dan adopsi kecerdasan buatan (AI), sementara jasa pendidikan dan kesehatan tumbuh masing-masing 5,03% dan 5,78% seiring belanja negara yang besar melalui program TPG, PIP, KIP Kuliah, hingga JKN dan layanan pemeriksaan kesehatan gratis.

Baca Juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 6,3% di 2026, Pemerintah Butuh Rp 8.297 Triliun

Pengangguran Turun, Tantangan Global Masih Membayangi

Aktivitas ekonomi turut menggerus angka pengangguran dari 4,82% (2024) menjadi 4,76% tahun ini. Penciptaan lapangan kerja juga meningkat menjadi 3,59 juta orang.

Perbaikan pasar tenaga kerja ini memperkuat konsumsi sebagai penopang utama pertumbuhan ke depan.

Meski begitu, pemerintah menegaskan bahwa tantangan global masih tinggi. Berbagai strategi tengah disiapkan, seperti deregulasi, pembentukan Satgas Ketenagakerjaan, dan negosiasi bilateral untuk membuka pasar baru, termasuk ke ASEAN+3, Uni Eropa, dan BRICS.

"Pemerintah akan mempercepat implementasi belanja produktif seperti program Makan Bergizi Gratis dan insentif sektor perumahan, termasuk perluasan target penerima FLPP dari sebelumnya 220.000 unit," tutup Sri Mulyani.

Selanjutnya: Berapa Tahun Masa Tunggu Haji di Indonesia Sekarang Ini? Cek Jawaban Kemenag

Menarik Dibaca: 4 Tanda Utama Anda Kebanyakan Duduk yang Bisa Pengaruhi Kesehatan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×