kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   24.000   1,27%
  • USD/IDR 16.326   31,00   0,19%
  • IDX 7.891   -53,11   -0,67%
  • KOMPAS100 1.111   -9,64   -0,86%
  • LQ45 829   2,03   0,24%
  • ISSI 266   -2,45   -0,91%
  • IDX30 429   0,72   0,17%
  • IDXHIDIV20 496   2,85   0,58%
  • IDX80 125   0,16   0,13%
  • IDXV30 131   0,34   0,26%
  • IDXQ30 139   0,61   0,44%

BI Rate Turun Jadi 5%, Arus Modal Asing ke Pasar Indonesia Masih Prospektif


Kamis, 21 Agustus 2025 / 16:35 WIB
BI Rate Turun Jadi 5%, Arus Modal Asing ke Pasar Indonesia Masih Prospektif
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya (BI Rate) sebanyak empat kali sepanjang Januari–Agustus 2025. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya (BI Rate) sebanyak empat kali sepanjang Januari–Agustus 2025, dengan total penurunan sebesar 75 basis poin (bps). Kini BI Rate berada di level 5%.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pemangkasan BI Rate pada memang berdampak pada penurunan suku bunga di pasar uang dan perbankan. Ia mencontohkan, usai pemangkasan BI Rate pada Juli 2025 dan melalui operasi moneter BI, suku bunga acuan pasar uang INDONIA turun dari 5,14% menjadi 4,78% pada 19 Agustus 2025.

Pergerakan serupa juga terjadi pada suku bunga SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia) untuk tenor 6, 9, dan 12 bulan yang masing-masing menurun dari 5,85%, 5,86%, dan 5,87% menjadi 5,28%, 5,32%, dan 5,34% pada 15 Agustus 2025.

Baca Juga: BTN Usul Suku Bunga KPR FLPP Naik Jadi 6%-7% dengan Tenor Lebih Panjang

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) SBN juga mengalami penurunan. Untuk tenor 2 tahun, yield turun dari 5,86% menjadi 5,54%, sementara tenor 10 tahun turun dari 6,56% menjadi 6,40%.

Meski begitu BI mencatat arus masuk investasi asing ke portofolio keuangan terus menguat sepanjang Juli hingga pertengahan Agustus 2025. Data BI menunjukkan, net inflow ke Surat Berharga Negara (SBN) mencapai sekitar US$ 1 miliar pada masing-masing bulan tersebut.

"Pada triwulan III-2025, aliran masuk investasi Portofolio ke SBN terus berlanjut, dimana pada Juli dan Agustus 2025, data hingga 15 Agustus 2025 mencatat net inflow masing-masing sebesar USD1 miliar," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG BI Agustus 2025, Rabu (20/8).

Global Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto, menilai tren penurunan BI Rate yang masih berlanjut tentunya akan berdampak pada penurunan yield obligasi, namun prospek pasar obligasi domestik menurutnya masih cukup baik, terutama karena iklim suku bunga global terutama Fed Funds Rate yang berpotensi menurun. 

“Kalau kita lihat spread (selisih) antara yield Indonesia dan Amerika masih cukup lebar, untuk tenor 10 tahun di atas 205 bps. Jadi pasar kita masih menarik investor. Inflasi kita juga cukup rendah, sementara rupiah masih stabil, sehingga penurunan suku bunga tetap akomodatif,” ujar Myrdal.

Baca Juga: Pasar Saham Tersengat Euforia Pemangkasan Suku Bunga

Menurutnya, meskipun ruang penguatan obligasi seperti SBN dan SRBI sudah terbatas karena sebagian besar sudah price in (berefek ke harga obligasi).

"Justru yang menarik saat ini pasar saham, karena ada beberapa sektor emiten yang kelihatannya menarik saat suku bunga BI itu lebih rendah seperti saham perbankan, properti, ini berpeluang diuntungkan ke depannya," ungkap Myrdal kepada Kontan, Kamis (21/8).

Ia juga berharap penurunan suku bunga BI dapat mendorong ruang peningkatan konsumsi masyarakat. Misalnya saja pada sektor kredit perbankan maupun pembiayaan, penurunan BI Rate tentunya akan mempengaruhi suku bunga floating yang lebih rendah, dan bisa menghemat pembayaran cicilan masyarakat kedepannya.

Sektor-sektor emiten yang berkaitan dengan program pemerintah seperti pangan, energi, pendidikan, kesehatan, hingga hilirisasi dinilai juga bisa mendapat dukungan dari penurunan BI Rate tersebut.

Sejalan dengan itu, Myrdal menilai masih ada ruang penguatan rupiah di tengah tren penurunan BI Rate tahun ini.

Baca Juga: Pangkas Bunga untuk Mendorong Ekonomi

Ia memprediksi rupiah berpeluang menguat hingga di bawah Rp16.000 per dolar USD pada akhir tahun, didorong potensi arus masuk modal ke pasar saham dan obligasi, tren penurunan suku bunga global, serta Foreign Direct Investment (FDI) atau penenaman modal asing (PMA). 

“Data current account (neraca transaksi berjalan/NPI) kita juga masih rendah defisitnya, jadi rupiah masih ada tren menguat,” pungkasnya.

Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo juga menyampaikan bahwa nilai tukar rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat. Hal ini didukung kebijakan stabilisasi BI, berlanjutnya aliran masuk modal asing ke instrumen SBN, serta meningkatnya konversi valuta asing ke rupiah dari kalangan eksportir.

Tren ini juga diperkuat oleh implementasi kebijakan pemerintah terkait Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA).

Selanjutnya: Harga Emas Global Tergelincir, Saham ANTM Cs Memerah, UNTR Melesat Kamis (21/8)

Menarik Dibaca: Peringatan Dini BMKG Cuaca Besok (22/8), Provinsi Ini Siaga Waspada Hujan Lebat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×