Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID–JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 telah memainkan peran penting sebagai penyangga (shock absorber) di tengah ketidakpastian global yang ekstrem.
Hal ini disampaikan merespon pandangan delapan fraksi yakni Fraksi PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PKS, PAN, dan Demokrat, atas RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBN (RUU B2 APBN) Tahun Anggaran 2024.
Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa 2024 merupakan tahun penuh tekanan global. Selain ketegangan geopolitik di Ukraina, Gaza, dan rivalitas antara AS, Tiongkok, dan Rusia, tahun ini juga disebut sebagai tahun super election karena 70 negara, termasuk Indonesia, menggelar pemilu.
Kondisi tersebut, menurutnya, memicu ketidakpastian investasi dan perdagangan global. Ditambah dengan dampak El Nino, yang menyebabkan gangguan panen dan lonjakan harga pangan di banyak negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Skema Coordination of Benefits (CoB) BPJS Kesehatan Sudah Bisa Dinikmati
“Investor di seluruh dunia wait and see. Perdagangan melemah dan stabilitas ekonomi global menjadi terganggu,” katanya, Selasa (15/7).
Dampak krisis global turut dirasakan dalam negeri, seperti lonjakan harga minyak dunia hingga US$ 91,2 per barel, jauh di atas asumsi APBN sebesar US$ 80 per barel. Tekanan juga terlihat dari depresiasi rupiah hingga Rp16.486 per dolar AS, inflasi yang sempat menembus 10,3% pada Maret 2024, serta pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke level 6.726.
Meski demikian, Sri Mulyani mengklaim Indonesia berhasil melewati masa sulit itu.
"Kondisi yang menantang tersebut Alhamdulillah kita bisa lewati. Perekonomian Indonesia berangsur pulih. Transisi pemerintahan Indonesia di masa pemilu juga berjalan lancar dan aman. Hal ini menciptakan stabilitas politik dan ekonomi," ungkap Sri Mulyani
Kemkeu mencatat defisit APBN 2024 hanya sebesar 2,3% dari PDB, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,7%. Keseimbangan primer bahkan nyaris netral.
“Defisit hanya sebesar 20,7% dari target APBN sebesar 43,7%,” kata Sri Mulyani.
Di sisi lain, penerimaan perpajakan kembali melampaui target, menjadikannya capaian di atas target selama empat tahun berturut-turut.
Pertumbuhan ekonomi tetap solid di angka 5,03%, ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,94% dan investasi sebesar 4,61%. Inflasi berhasil ditekan hingga 1,6%, jauh di bawah target APBN sebesar 2,8%.
“Hal ini mencerminkan kombinasi antara fundamental ekonomi yang kita jaga dan resiliensi atau daya tahan dihadapkan pada guncangan yang terus menerus,” jelas Menkeu.
Sri Mulyani juga menyoroti kinerja sosial ekonomi yang membaik. Tingkat kemiskinan turun dari 9,03% pada Maret menjadi 8,57% pada September 2024. Sementara kemiskinan ekstrem turun hingga mendekati 0%, yaitu 0,83%. Pengangguran pun menurun menjadi 4,91%.
“Ini menggambarkan apabila APBN digunakan secara efektif, selektif, dan hati-hati, kita akan terus mampu menjaga Indonesia dan terutama menjaga kelompok masyarakat yang paling rentan,” pungkasnya.
Baca Juga: Ekonom Paramadina: Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan 2026 Mendesak, APBN Terancam Jebol
Selanjutnya: UEA Jadi Pasar Strategis Baru bagi Pekerja Migran Indonesia
Menarik Dibaca: Cari Tahu Apa Saja Kegunaan PHA dalam Skincare dan Manfaat untuk Kulit
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News