kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.869   11,00   0,07%
  • IDX 7.312   116,23   1,62%
  • KOMPAS100 1.123   18,68   1,69%
  • LQ45 894   17,46   1,99%
  • ISSI 223   2,05   0,93%
  • IDX30 458   9,51   2,12%
  • IDXHIDIV20 553   12,86   2,38%
  • IDX80 129   1,94   1,52%
  • IDXV30 137   2,55   1,90%
  • IDXQ30 152   3,36   2,25%

Soal Konflik Pertanahan di Pulau Rempang, Ini Penjelasan Menteri ATR/BPN


Kamis, 14 September 2023 / 16:57 WIB
Soal Konflik Pertanahan di Pulau Rempang, Ini Penjelasan Menteri ATR/BPN
ILUSTRASI. Pengunjuk rasa melempari personel polisi saat aksi unjuk rasa warga Pulau Rempang di Kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam, Batam, Kepulauan Riau, Senin (11/9/2023). Aksi yang menolak rencana pemerintah merelokasi mereka tersebut berakhir ricuh. ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/Spt.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) buka suara soal konflik pertanahan di Pulau Rempang.

Menteri ATR/Kepala BPN Hadi Tjahjanto menjelaskan, tanah seluas 17.000 hektare di Pulau Rempang sebagian besar merupakan kawasan hutan dan tidak ada hak atas tanah di atasnya. 

Saat ini, di pulau tersebut juga ada pengajuan permohonan Hak Pengelolaan (HPL) oleh BP Batam seluas kurang lebih 600 hektare yang merupakan Area Penggunaan Lain (APL).

"Jadi masyarakat pun yang tinggal di sana juga tidak ada sertifikat," kata Hadi dalam keterangan tertulisnya, Kamis (14/9).

Baca Juga: Jokowi: Hilirisasi Industri Menjadi Langkah Penting Menuju Indonesia Maju 2045

Hadi mengungkapkan, sebelum isu mengemuka, pemerintah telah melakukan pendekatan kepada masyarakat dan sebagian di antaranya menerima usulan berupa solusi dari pemerintah. 

Hadi menyebut, terdapat 15 titik tempat masyarakat hidup di Pulau Rempang yang mayoritas tinggal di pinggir pantai dan berprofesi sebagai nelayan. 

"Dengan adanya proyek ini pemerintah coba ketuk hati masyarakat, dengan tetap menghargai budaya lokal, yaitu dengan mencarikan tempat relokasi," ujar Hadi.

Hadi menyampaikan, solusi yang ditawarkan pemerintah kepada masyarakat, yakni telah disiapkan lahan seluas 500 hektare dan dibagikan kepada masyarakat masing-masing seluas 500 meter beserta alas hak atas tanahnya. 

"Disiapkan 500 hektare sesuai kebutuhan masyarakat di situ, kita tempatkan di pinggir lautan agar mudah mencari nafkah," terang Hadi.

Baca Juga: Pulau Rempang di Batam Akan Jadi Kawasan Industri Hilirisasi

Di samping itu, fasilitas umum dan fasilitas sosial seperti tempat ibadah, sarana pendidikan, dan kesehatan juga akan dibangun untuk masyarakat.

Hadi mengatakan telah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) untuk bisa memberikan bantuan berupa bangunan dermaga bagi nelayan setempat. 

Guna memastikan kondisi di lapangan, Hadi mengaku akan melakukan kunjungan langsung untuk memastikan kembali ke masyarakat apakah penawaran yang diberikan pemerintah bisa diterima atau tidak.

Lebih lanjut Hadi menekankan, pemerintah melalui Program Strategis Nasional (PSN) tetap mengutamakan masyarakat yang jauh dari pusat kota seperti di pedalaman, pulau kecil, dan pulau kecil terluar. 

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Pulau Rempang di Batam Jadi Kawasan Industri Hilirisasi

"Sehingga mereka merasakan kehadiran negara. Maka di antaranya seperti petani gurem, nelayan, bisa tersenyum karena kehadiran negara," jelas Hadi.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VI DPR Martin Manurung meminta BP Batam dan kepolisian melanjutkan sosialisasi dan komunikasi kepada warga Pulau Rempang. 

Dia meminta kepolisian dan BP Batam mewaspadai adanya provokator dalam proses penyelesaian lahan.

"Kita berharap tidak terjadi lagi tindak kekerasan atau apapun bentuknya kedepan," ujar Martin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×