Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Amerika Serikat (AS) mulai memberikan dukungannya kepada Israel dengan menyerang tiga fasilitas nuklir Iran di wilayah Natanz, Fordow, dan Isfahan.
Dukungan AS terhadap Irael untuk memerangi Iran ini dinilai bisa menimbulkan tekanan pada harga minyak global, jika Iran Kembali memberikan serangan balasan.
Global Markets Economist Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto mengingatkan, prospek harga minyak ke depan sangat bergantung pada perkembangan konflik Israel-Iran, khususnya jika Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk ikut campur.
Myrdal menjelaskan, jika AS memutuskan masuk ke dalam konflik, tekanan harga minyak berpotensi meningkat. Apalagi jika eskalasi konflik ini juga melibatkan negara lain penghasil minyal, maka ini berpotensi memicu lonjakan harga minyak dunia yang signifikan.
Baca Juga: Harga Minyak Memanaskan Bisnis Emiten Migas, Cek Rekomendasi Analis
"Kalau misalkan perang ini melibatkan Amerika, pihak lain seperti Rusia, China, ya ini bisa berat nih kalau saya lihat," tegas Myrdal.
Meski begitu, menurutnya, saat ini pasokan minyak dunia juga terpantau melimpah, terutama dari negara seperti Arab Saudi dan Rusia. Begitu juga dengan Harga minyak dunia yang dinilai masih dalam kondisi aman, dan belum menimbulkan ancaman serius terhadap subsidi energi pemerintah pada pagu APBN.
"Harga minyak dunia saat ini masih di bawah asumsi APBN US$ 82 dolar per barel, karena dari sisi faktor fundamentalnya jelas ya, di mana permintaan minyak global kelihatannya untuk saat ini belum kuat seiring dengan aktivitas ekonomi global juga yang melambat," ujar Myrdal kepada KONTAN.
Menurutnya, tekanan fiskal baru akan terasa jika harga minyak dunia bertahan di atas asumsi APBN sebesar US$ 82 per barel dalam jangka waktu panjang.
Baca Juga: Konsumsi Minyak Domestik Bisa Topang Kinerja Emiten Migas, Cek Rekomendasi Analis
Ia mencontohkan, jika Harga minyak dunia selama tiga bulan berturut-turut di atas level Harga US$ 82 per barel, maka hal ini akan berdampak pada sensivitas APBN.
"Kalau misalkan sudah mulai bermasalah, ada sensitivitas dari kenaikan harga minyak terutama kalau harganya di atas asumsi APBN. Semakin tinggi harga minyak di atas asumsi APBN ini justru yang ada malah memberikan kerugian," jelasnya.
Meski begitu, Myrdal menilai bahwa untuk saat ini, pagu subsidi energi yang ditetapkan pemerintah masih cukup memadai dan dampak perang terhadap harga minyak relatif dapat dikendalikan selama tidak terjadi perluasan konflik yang melibatkan negara-negara besar.
Selanjutnya: 6 Cara Mengatasi Buruk Suka Pilih-Pilih Makanan atau Picky Eater
Menarik Dibaca: iPhone 11 Pro Masih Dapat Update iOS? Yuk, Cek Jawabannya Berikut ini!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News