kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Sektor Manufaktur Lesu, Ancaman PHK Massal Mengintai


Sabtu, 03 Mei 2025 / 10:01 WIB
Sektor Manufaktur Lesu, Ancaman PHK Massal Mengintai
ILUSTRASI. Sejumlah pekerja berjalan keluar dari salah satu pabrik di Karawang, Jawa Barat. Pelemahan sektor manufaktur ini dikhawatirkan akan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif di berbagai sektor industri.


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks manufaktur Indonesia anjlok ke level kontraksi pada April 2025. Pelemahan sektor manufaktur ini dikhawatirkan akan memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara masif di berbagai sektor industri.

Berdasarkan laporan S&P Global, indeks Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia turun ke level 46,7 pada April 2025. Angka ini berada di bawah ambang batas ekspansi 50,0 dan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 52,4 pada Maret.

Kepala Pusat Makroekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufiqurrahman, menyatakan bahwa jika tren kontraksi ini terus berlanjut, dampaknya terhadap sektor ketenagakerjaan akan sangat signifikan.

"Perusahaan kemungkinan besar akan mengurangi jam kerja, menunda perekrutan, hingga melakukan PHK, terutama di sektor padat karya seperti tekstil dan elektronik," ujar Rizal kepada Kontan, Jumat (2/5).

Baca Juga: PMI Manufaktur Indonesia Anjlok per April 2025, Kontraksi Terdalam 4 Tahun Terakhir

Rizal menambahkan, kondisi ini akan mengurangi daya serap tenaga kerja dan memperburuk kualitas pekerjaan, terutama di kawasan industri utama seperti Jawa Barat dan Banten.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka per Februari 2024 mencapai 5,32%. Rizal memperkirakan, jika tren pelemahan PMI berlanjut dalam beberapa bulan ke depan, angka pengangguran bisa meningkat ke kisaran 5,6% hingga 5,8%, khususnya di wilayah industri.

Untuk merespons situasi ini, Rizal menyarankan pemerintah segera memberikan insentif fiskal dan subsidi upah kepada perusahaan manufaktur guna menekan angka PHK. Selain itu, perluasan program padat karya, peningkatan produktivitas tenaga kerja, dan pelatihan keterampilan juga menjadi langkah penting.

Dalam jangka menengah hingga panjang, Rizal merekomendasikan pemerintah mendorong transformasi industri melalui digitalisasi, hilirisasi sektor industri, serta investasi pada pelatihan vokasional. Hal ini bertujuan agar tenaga kerja lebih adaptif terhadap perubahan pasar dan mampu mendorong pertumbuhan industri yang berkelanjutan.

Baca Juga: Pelemahan PMI Manufaktur Bisa Munculkan Ancaman PHK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×