kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Ekonomi Diprediksi Membaik, Belanja Perpajakan Tahun 2026 Mulai Direm


Minggu, 24 Agustus 2025 / 10:53 WIB
Ekonomi Diprediksi Membaik, Belanja Perpajakan Tahun 2026 Mulai Direm
ILUSTRASI. Di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, pemerintah memperkirakan belanja perpajakan hanya tumbuh 6,3% menjadi Rp 563,6 triliun.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Meski meningkat, belanja perpajakan pada 2026 tidak naik setinggi tahun-tahun sebelumnya.

Mengutip Buku II Nota Keuangan beserta Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026, pemerintah memperkirakan belanja perpajakan hanya tumbuh 6,3% menjadi Rp 563,6 triliun.

Angka ini naik tipis dibandingkan tahun 2025 yang diproyeksikan sebesar Rp 530,3 triliun.

Padahal, dalam periode 2021-2025, laju belanja perpajakan cenderung ekspansif. Dari Rp 293 triliun pada 2021, jumlahnya terus melonjak hingga Rp 400,1 triliun di 2024.

Pertumbuhan paling spektakuler terjadi pada 2025, ketika belanja perpajakan diperkirakan melesat 32,5% dan menjadi kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir. 

Baca Juga: Belanja Perpajakan Tahun 2026 Direncanakan Mencapai Rp 563,6 Triliun

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Nathan Kacaribu menjelaskan belanja perpajakan yang hanya tumbuh 6,3% ini dikarenakan pemerintah melihat perekonomian Indonesia pada tahun 2026 lebih baik dibandingkan tahun ini.

"Lebih baik (perekonomiannya)," kata Febrio kepada awak media di Gedung DPR, Kamis (21/8).

Febrio mengatakan, perhitungan belanja perpajakan dilakukan berdasarkan kebijakan yang sudah berlaku (eksisting), sehingga manfaat yang dirasakan masyarakat akan semakin besar seiring meningkatnya aktivitas ekonomi.

"Kalau aktivitas ekonomi juga meningkat, pertumbuhan ekonomi itu artinya semakin banyak manfaat dari belanja manfaat yang dinikmati masyarakat," katanya.

Ia mencontohkan, manfaat terbesar dari belanja perpajakan saat ini dinikmati langsung rumah tangga. 

Beberapa di antaranya berupa pembebasan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk bahan makanan, transportasi, hingga listrik.

"Karena ekonominya tumbuh, masyarakat menikmati lebih banyak barang dan jasa tersebut, karena itu memang tidak kena pajak, PPN misalnya, maka masyarakat menikmati lebih banyak," imbuh Febrio.

Baca Juga: Lebih dari Separuh, Insentif Konsumsi Kuasai Belanja Perpajakan di 2026

Selanjutnya: Kredit Melambat, OJK: Kinerja Perbankan Tetap Stabil

Menarik Dibaca: Pasutri Wajib Tahu, Ini Cara Alami Meningkatkan Libido Seks yang Layak Dicoba

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×