kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Risiko Perang Dagang Menguat, BI Diperkirakan Tahan BI Rate


Kamis, 17 April 2025 / 21:19 WIB
Risiko Perang Dagang Menguat, BI Diperkirakan Tahan BI Rate
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI rate di level 5,75% sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian global.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan BI rate di level 5,75% sebagai respons terhadap meningkatnya ketidakpastian global. Termasuk risiko dari perang dagang dan tekanan inflasi akibat kebijakan tarif Amerika Serikat. 

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai kebijakan ini mencerminkan sikap moneter yang pro-stabilitas, dengan fokus utama pada menjaga kestabilan nilai tukar rupiah di tengah tingginya ketidakpastian global.

Menurut Josua, ketidakpastian tersebut dipicu oleh sejumlah faktor eksternal, seperti perang dagang, tekanan inflasi akibat kebijakan tarif Amerika Serikat, serta meningkatnya volatilitas di pasar keuangan internasional. 

Baca Juga: Bank Indonesia Kembali Tahan Suku Bunga BI Rate di Level 5,75% pada Maret 2025

Dalam kondisi seperti ini, mempertahankan suku bunga dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga daya tarik aset dalam negeri, sekaligus mencegah terjadinya arus keluar modal (capital outflow) yang dapat melemahkan rupiah secara signifikan.

“Dalam jangka pendek dan menengah, ketidakpastian global masih cukup tinggi, sehingga mendorong investor untuk mengambil sikap menghindari risiko dan mengalihkan modal mereka ke aset-aset yang lebih aman (safe haven)," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Kamis (17/4).

Ia juga menambahkan bahwa defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) berpotensi melebar seiring dengan kebijakan fiskal pemerintah yang mendorong pertumbuhan, termasuk peningkatan impor. 

Dalam konteks ini, pemangkasan suku bunga justru dapat memperburuk tekanan terhadap CAD dan stabilitas eksternal, apalagi ketika ekspor Indonesia menghadapi risiko pelemahan akibat ketegangan perdagangan global.

"Pemangkasan suku bunga berisiko memperbesar tekanan defisit transaksi berjalan dan melemahkan stabilitas eksternal, terutama ketika ekspor terancam melemah akibat perang tarif global," kata Josua.

Selanjutnya: MIND ID Perhitungkan Dampak dari Mandat Hilirisasi Batubara jadi DME

Menarik Dibaca: GoTo Impact Foundation Dampingi Magelang Setories Kembangkan Pertanian Regeneratif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×