Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Presiden Joko Widodo menyebut sektor pariwisata berpeluang untuk menjadi penyumbang devisa terbesar bahkan melebihi sektor-sektor lain yang selama ini menjadi unggulan.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Gala Dinner Peringatan HUT ke-50 Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) di Puri Agung Convention Hall Jakarta, Senin malam (11/2/2019) mengatakan pariwisata Indonesia hanya perlu digarap agar bisa memberikan devisa yang besar.
"Peluang pariwisata sangat besar sekali, Indonesia masuk 6 besar negara terindah di dunia kemudian Indonesia juga masuk 10 besar negara yang wajib dikunjungi," ujarnya dalam keterangan pers yang diterima kontan.co.id, Selasa (12/2).
Penghargaan-penghargaan itu menurutnya, menjadi brand dan modal tersendiri bagi pariwisata Indonesia. Karenanya, hal tersebut tinggal digarap agar pariwisata bisa memberikan devisa paling banyak, meskipun devisa pariwisata sudah mencapai US$ 17 miliar dan sudah mengalahkan kelapa sawit, mengalahkan CPO atau menjadi yang tertinggi.
Bahkan disebutnya Ia juga pernah menyampaikan kepada Menteri Pariwisata (Menpar) secara khusus terkait besaran anggaran untuk promosi pariwisata. "Saya pernah menyampaikan ke Menpar sebenarnya butuhnya berapa sih untuk promosi. Pak Menpar minta Rp 7 triliun dari sebelumnya Rp 1 triliun. Enggak apa-apa sebenarnya tapi pertanyaannya produknya sudah siap belum, saya lihat destinasinya belum siap," katanya.
Oleh karena itu, ia memerintahkan Menteri PUPR untuk konsentrasi menggarap 4 destinasi pariwisata prioritas dari 10 Bali Baru yang sedang dikembangkan dari sisi infrastruktur.
Sebanyak 4 destinasi pariwisata prioritas yang dikonsentrasikan untuk dibangun infrastruktur pendukungnya lebih dulu yakni Mandalika, Danau Toba, Labuan Bajo, dan Borobudur. Presiden menegaskan infrastruktur dibangun besar-besaran tahun ini karena juga terkait dengan pengembangan pariwisata termasuk ketersediaan pasokan listrik.
Pada kesempatan yang sama, Jokowi meminta kepada Pemerintah Daerah untuk merespon pembangunan infrastruktur khususnya jalan tol dengan kebijakan terkait pariwisata.
Ia mencontohkan tol trans-Jawa yang sudah tersambung diharapkan aksesnya untuk diintegrasikan dengan kawasan-kawasan wisata daerah. Jokowi mengharapkan tol tersebut disambungkan dengan kawasan-kawasan wisata yang ada di daerah-daerah.
Jika tidak sanggup, Presiden menegaskan agar Pemda segera melaporkan kepada Kementerian PUPR agar dibangun dan diambil alih oleh pemerintah pusat. "Tapi jangan semuanya dibangun pemerintah pusat," tambahnya.
Dengan begitu akses tersebut disambungkan dengan kawasan wisata yang ada sehingga keberadaan tol betul-betul mampu menggerakkan ekonomi khususnya melalui sektor pariwisata.
Pada kesempatan yang sama ia mengapresiasi kinerja sektor pariwisata Indonesia yang tumbuh tiga kali lipat dari pertumbuhan ekonomi dunia atau mencapai 22%. Oleh karena itu, ia meminta kepada para pelaku industri untuk memberikan saran dan masukan melalui Menpar Arief Yahya terkait kebutuhan infrastruktur pendukung agar semakin tepat sasaran.
Ia mencontohkan pembangunan Bandara Silangit, Medan, Sumatera Utara, yang mampu menggerakkan perekonomian setempat. Jokowi pun sempat meminta maskapai Garuda untuk menguji coba rute penerbangan melalui Silangit yang awalnya diragukan rendah "lead factor"-nya.
"Setelah terbang tidak sampai sebulan laporan ke saya ternyata penuh terus, sekarang ada lima flight ke Silangit," katanya. Menurut dia, hal-hal tersebut harus diinisiasi untuk mengetahui seperti apa kebutuhan pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News