kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Prediksi peneliti ITB: virus corona capai puncak pada minggu ketiga April


Senin, 23 Maret 2020 / 18:25 WIB
Prediksi peneliti ITB: virus corona capai puncak pada minggu ketiga April
ILUSTRASI. Suasana foto udara tetap ramai di kawasan Gatot Subroto, saat wabah virus corona, Jakarta, Senin (23/03).


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) memprediksikan, penyebaran virus corona baru di Indonesia akan mencapai puncak pada minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di ujung Mei atau awal Juni. 

Prediksi itu berdasar hasil simulasi dan pemodelan sederhana penyebaran Covid-19 yang Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi (P2MS) ITB lakukan. 

Menurut Dr. Nuning Nuraini, S.Si, M.Si, salah satu tim peneliti yang melakukan simulasi tersebut, terjadi pergeseran hasil dari yang ramai jadi pembicaraan sebelumnya. 

Dalam salah satu artikel situs resmi ITB muat pada Rabu (18/3) lalu, Nuning mengatakan, hasil kajian menunjukkan penyebaran Covid-19 mengalami puncaknya pada akhir Maret 2020 dan berakhir pertengahan April 2020, dengan kasus harian baru terbesar berada di angka 600. 

Baca Juga: Gejala baru terjangkit virus corona: Mendadak tak bisa mencium bau

Nuning dan timnya menggunakan model Richard's Curve Korea Selatan karena sesuai dengan kajian Kelompok Pemodelan Tahun 2009 yang dibimbing  Prof. Dr. Kuntjoro A. Sidarto. 

Model tersebut terbukti berhasil memprediksikan awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit sindrom pernafasan akut SARS di Hong Kong pada 2003. 

Model Richard’s Curve terpilih ini lalu mereka uji pada berbagai data kasus Covid-19 dari berbagai macam negara, seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat, termasuk data akumulatif seluruh dunia. 

Ternyata, secara matematik model Richard’s Curve Korea Selatan adalah yang paling cocok, kesalahannya kecil, untuk disandingkan dengan data kasus terkonfirmasi virus corona di Indonesia ketimbang model yang dibangun dari data negara lain. Tapi, kesesuaian ini terjadi saat Indonesia masih memiliki 96 kasus. 

Baca Juga: Seluk-beluk virus corona, mulai ciri-ciri, bentuk, hingga penyebarannya

"Jadi, saat saya menuliskan hal tersebut, saya melihat data update per 14 Maret 2020. Indonesia masih berada di titik 96, lalu di-fitting data dari beberapa negara yang saat itu sudah terlebih dahulu memiliki data, dan pelakukan penanganan pencegahan," kata Nuning kepada Kompas.com, Senin (23/3). 

"Dari negara-negara tersebut, saat itu Korea Selatan memiliki selisih data terbaik dibanding yang lain. Sehingga, dipilih model data Korea Selatan. Jadi kecocokannya dilihat dari selisih error perhitungan. Itu saja. Padahal Korea telah melakukan penanganan yang cukup massive," imbuhnya. 

Hasil simulasi lewat model Richard's Curve dengan memasukkan data 14 Maret 2020 dengan 96 kasus, tampak puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia adalah akhir Maret 2020, kemudian diprediksi berakhir pada pertengahan April 2020. 

Baca Juga: Pakai lima bahan sederhana, begini cara membuat hand sanitizer

Perhitungan simulasi berubah 

Namun, karena kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik, perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah. 

"Data saat ini juga bertambah dan terus naik. Akibatnya, dinamika dari data akan memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi maupun puncak kasus," ujar Nuning. 

Karena model proyeksi ini "hanya" berdasarkan informasi data akumulasi kasus, kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi. "Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni," ungkapnya. 

Tapi perlu dicatat, Nuning menyatakan, ini bisa terwujud kalau penanganan pencegahan virus corona dilakukan secara serius, sigap, dan disiplin oleh semua pihak, mulai elemen individu, masyarakat, sampai pemerintah dan berbagai instansi terkait. 

Baca Juga: Kata WHO, ada 20 vaksin virus corona di dunia yang sedang dikembangkan

Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir? Nuning bilang, pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan, apakah satu bulan setelah puncak maka penyebaran berakhir. 

Menurut dia, puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dnegan banyak aspek. "Tentu saja selesai secepatnya itu harapan kita semua. Dan model tidak bisa menjamin hal itu," ungkapnya. 

Laporan tentang simulasi pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia akan dimuat di jurnal asosiasi biomath Indonesia, Journal of Communication in Biomathematical Science (CBMS).

Baca Juga: WHO: Ada 10 negara terlibat dalam uji klinis 4 obat virus corona

Penulis: Gloria Setyvani Putri

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Penyebaran Corona di Indonesia Berubah, Berakhir Awal Juni"

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×