Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan
Namun, karena kasus Covid-19 di Indonesia terus merangkak naik, perhitungan simulasi itu pun bergerak dan telah berubah.
"Data saat ini juga bertambah dan terus naik. Akibatnya, dinamika dari data akan memengaruhi perhitungan parameter model kurva Richard yang berakibat juga pada perubahan proyeksi, baik dari sisi akumulasi maupun puncak kasus," ujar Nuning.
Karena model proyeksi ini "hanya" berdasarkan informasi data akumulasi kasus, kenaikan kasus akan menyebabkan perubahan proyeksi. "Puncak akan bergeser di sekitar minggu kedua atau ketiga April dan berakhir di akhir Mei atau awal Juni," ungkapnya.
Tapi perlu dicatat, Nuning menyatakan, ini bisa terwujud kalau penanganan pencegahan virus corona dilakukan secara serius, sigap, dan disiplin oleh semua pihak, mulai elemen individu, masyarakat, sampai pemerintah dan berbagai instansi terkait.
Baca Juga: Kata WHO, ada 20 vaksin virus corona di dunia yang sedang dikembangkan
Apakah satu bulan setelah puncak, wabah berakhir? Nuning bilang, pemodelan matematika tidak bisa menjawab dan memastikan, apakah satu bulan setelah puncak maka penyebaran berakhir.
Menurut dia, puncak dan berakhirnya penyebaran sepenuhnya berkaitan dnegan banyak aspek. "Tentu saja selesai secepatnya itu harapan kita semua. Dan model tidak bisa menjamin hal itu," ungkapnya.
Laporan tentang simulasi pemodelan penyebaran Covid-19 di Indonesia akan dimuat di jurnal asosiasi biomath Indonesia, Journal of Communication in Biomathematical Science (CBMS).
Baca Juga: WHO: Ada 10 negara terlibat dalam uji klinis 4 obat virus corona
Penulis: Gloria Setyvani Putri
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Prediksi Penyebaran Corona di Indonesia Berubah, Berakhir Awal Juni"
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News