Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perundingan perdagangan Indonesia-European Union Comprehensive Partnership Agreement (IEU-CEPA) disebut telah memasuki babak final.
Menteri Perdagangan, Budi Santoso mengatakan proses perundingan terkait IEU CEPA hampir rampung. Dirinya juga menegaskan beberapa isu yang dibahas di dalamnya termasuk kaitanya kebijakan European Union on Deforestation-free Regulation (EUDR) atau UU Antideforestasi sudah ada titik terang.
"Ya sebenarnya kan ketika proses IEU-CEPA ini mau selesai, hal-hal seperti EUDR dan sebagainya mulai melunak ya,” kata Budi dalam konferensi pers daring, Minggu (13/7).
Lebih lanjut, Budi mengatakan pemerintah bersama dengan Uni Eropa bakal menandatangai hasil perundingan dagang itu pada kuartal III-2025 tahun ini, di Jakarta.
Dia mengakui memang butuh waktu lama dalam menyelesaikan perundingan IEU-CEPA. Kendati begitu, Budi memastikan perundingan dagang ini akan saling menguntungkan kedua belah pihak.
Baca Juga: Deputi Kemenko : Indonesia Bisa Bebas Tarif Ekspor ke Uni Eropa Lewat IEU-CEPA
"Secara subtansi ini semuanya sudah selesai, tidak ada masalah, ya sudah jadi besok presiden tinggal umumkan," ungkap Budi.
Perundingan IEU-CEPA belakangan makin intens menyusul pertemuan Presiden Prabowo Subianto bersama dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dan Presiden Dewan Eropa Antonio Costa akhir pekan ini.
Pada 2024, Uni Eropa menyumbang 6,5% atau sekitar US$17,35 miliar dari total ekspor Indonesia yang sebesar US$264,70 miliar. Dalam kurun 2021 hingga 2024, kinerja ekspor Indonesia ke Uni Eropa menunjukkan tren dinamis.
Nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa mengalami kenaikan tertinggi pada 2022 dengan nilai ekspor sebesar US$21,53 miliar, tetapi mengalami penurunan pada tahun berikutnya, sebelum kembali naik sedikit menjadi US$17,35 miliar pada 2024.
Selain itu, neraca perdagangan antara kedua pihak juga memberikan surplus bagi Indonesia, dengan peningkatan 80% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari US$2,5 miliar pada 2023 menjadi US$4,5 miliar pada 2024.
Baca Juga: Implementasi IEU CEPA Bakal Sumbang 0,04% ke Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Saat ini, beberapa komoditas utama yang mendominasi ekspor Indonesia ke Uni Eropa yakni minyak kelapa sawit dan turunannya, bijih tembaga, fatty acids (oleokimia), produk alas kaki, bungkil kelapa, besi baja, lemak coklat dan kopra, serta produk berbasis karet dan mesin.
Hitung-hitungan pemerintah, ekspor Indonesia bisa meningkat hingga 57,76% dalam 3 tahun mendatang melalui pakta dagang IEU-CEPA tersebut.
Di sisi lain, Uni Eropa menargetkan penerapan EUDR bakal efektif akhir tahun ini, setelah sempat ditunda pada akhir 2024 lalu.
EUDR menjadi momok bagi ekspor komoditas Indonesia karena mempengaruhi produk perdagangan Indonesia. Regulasi yang baru itu mengatur dengan ketat soal kenihilan soal persinggungan penebangan hutan dengan produk tertentu.
Uni Eropa menyepakati aturan ini sebagai bagian dari upaya negara untuk melindungi hutan dunia. Untuk itu, produk yang masuk ke Uni Eropa harus dipastikan bebas dari deforestasi dan tidak mempengaruhi kelestarian hutan.
Baca Juga: Bertolak ke Belgia, Airlangga Bakal Bahas Finalisasi IEU CEPA
Selanjutnya: Pertumbuhan Premi Asuransi Umum Melambat, AAUI Soroti Dampak Ekonomi &Proyek Nasional
Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News