Reporter: Avanty Nurdiana, Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi melambat tahun ini akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan Amerika Serikat (AS).
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%, sementara Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan berada di kisaran 4,7% hingga 5,5%.
Sejumlah ekonom menilai hasil negosiasi tarif dengan AS akan sangat menentukan arah pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jika pemerintah berhasil menekan tarif impor AS terhadap produk Indonesia hingga 0%, maka ekspor akan meningkat dan dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Dipengaruhi Hasil Negosiasi Tarif Trump
“Dengan asumsi variabel lain seperti konsumsi domestik dan investasi tetap tumbuh, maka pertumbuhan ekonomi nasional berpotensi terdongkrak di atas 5%,” ujar Kepala Makroekonomi dan Keuangan Indef Muhammad Rizal Taufikurahman, Senin (21/4).
Namun, jika negosiasi gagal dan AS menerapkan tarif dasar 10% disertai dengan tarif resiprokal, kinerja ekspor Indonesia akan terdampak signifikan.
Rizal memperingatkan bahwa kondisi ini dapat menurunkan permintaan, terutama dari industri yang sangat bergantung pada pasar AS, serta menyebabkan penurunan utilisasi pabrik, tekanan terhadap arus kas perusahaan, dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
“Dalam skenario negatif tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di bawah 5%,” tegas Rizal.
JP Morgan memperkirakan AS berpotensi menetapkan tarif rata-rata sebesar 20% terhadap negara-negara mitra dagang yang sedang dalam proses negosiasi.
Baca Juga: Ekonomi Indonesia Diproyeksi Turun Imbas Kebijakan Tarif Trump, Begini Perhitungannya
Dalam kondisi ini, daya saing produk Indonesia di pasar AS akan terganggu, dan meskipun tekanan terhadap ekspor tidak ekstrem, pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya bertahan di angka 5%, lebih rendah dari proyeksi dasar.
Senada dengan itu, Kepala Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi menilai target pertumbuhan ekonomi 5,2% sulit dicapai. “Tantangan utama saat ini adalah permintaan global. Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 4,8%,” ujar Fithra.
Proyeksi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 4,97%, seiring dengan tekanan nilai tukar rupiah dan melebarnya defisit neraca transaksi berjalan.
Riset Maybank Sekuritas pada 16 April 2025 juga menunjukkan penurunan proyeksi pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dari 5% menjadi 4,7%. Meski ekspor Indonesia ke AS hanya menyumbang kurang dari 2% terhadap PDB, AS merupakan pasar utama bagi sejumlah sektor strategis.
Baca Juga: Sri Mulyani: Tarif AS Bisa Pangkas Pertumbuhan Ekonomi Indonesia hingga 0,5%
Menurut Maybank Sekuritas, kontribusi ekspor ke AS mencapai 55% di sektor garmen, 33% alas kaki, 59% furnitur, 56% barang dari kulit, dan 28% mesin listrik.
Jika tekanan terus berlanjut dan terjadi kehilangan pekerjaan di sektor-sektor tersebut, konsumsi rumah tangga domestik juga berisiko mengalami penurunan.
Selanjutnya: Tebar Dividen, Yield Dividen PTRO dan CUAN Terbilang Kecil
Menarik Dibaca: Harga Emas Pegadaian Hari Ini 22 April 2025: Antam Naik Rp 26.000, UBS Naik Rp 24.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News