Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menetapkan kebijakan tarif impor 19% bagi mayoritas negara di ASEAN. Artinya Indonesia tidak lagi mendapatkan tarif terendah seperti kebijakan sebelumnya.
Direktur Ekonomi di Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda menilai ketetapan tarif yang sama ini akan menjadi tantangan bagi Indonesia saat masuk ke pasar AS.
Nailul bilang dengan tarif yang sama, maka tantangannya adalah memastikan harga dasar penjualan suatu komoditas atau produk dari RI harus lebih kompetitif jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.
"Yang bermain berikutnya adalah harga dasar penjualan barang yang ditentukan oleh efisiensi produksi," kata Nailul pada Kontan.co.id, Minggu (3/8/2025).
Baca Juga: Berlaku 7 Agustus 2025, Ini Daftar Tarif Impor AS Untuk 50 Negara
Nailul bilang untuk beberapa barang mungkin Indonesia bisa unggul seperti komoditas unggulan sawit dan turunannya.
Namun untuk produk manufaktur akan menghadapi beberapa kendala karena inefisiensi produksi. Disisi lain, biaya logistik di dalam negeri juga masih mahal untuk dapat mengekspor barang.
"Belum lagi masalah birokrasi dan sebagainya," timpalnya.
Yang menjadi masalah lagi, kata Nailiul, harusnya ada kepastian bahwa AS akan melakukan impor barang dari Indonesia di perjanjian dagang dengan AS. Sayangnya, poin tersebut tidak ada dalam join statement kedua negara.
Menurutnya, dalam perundingan kemarin ada “kesenjangan” power dagang antara Indonesia dengan AS. Nailul menilai, AS mengambil untung banyak, sedangkan Indonesia hanya menerima buntungnya.
Lebih lanjut, terkait dengan peluang, Indonesia diharapkan tidak terlalu mengambil pusing akan potensi pasar AS.
Baca Juga: AS dan Korea Selatan Sepakati Tarif Impor 15%, Trump Umumkan Investasi Besar
Nailul mengingatkan bahwa Indonesia sudah memberikan kesepakatan yang menguntungkan bagi AS, dengan pembelian barang dengan jumlah yang besar. Ia berharap hal ini, bisa membuat Indonesia bergerak dengan negara lain untuk melawan menekan AS terhadap kebijakan tarif ini.
"Seperti yang saya sampaikan, jika ada koalisi dagang yang solid, AS akan menyerah dengan sendirinya." jelas Huda.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menurunkan tarif impor produk Indonesia dari 32% menjadi 19%. Kesepakatan ini diumumkan Trump pada 15 Juli lalu setelah berkomunikasi dengan Presiden Prabowo Subianto.
Namun, penurunan ini disertai syarat produk AS bebas masuk ke RI. Indonesia juga harus menambah pembelian komoditas pertanian dan energi dari AS, serta membeli pesawat dari Boeing.
Tak hanya Indonesia, Malaysia juga mendapatkan tarif 19% dari Trump. Angka ini lebih rendah dibandingkan tarif 25% yang sebelumnya ditetapkan Trump.
Selain Indonesia dan Malaysia, Trump juga mengenakan tarif 19% pada barang impor Kamboja, Filipina, Thailand.
Untuk Vietnam, Laos, Myanmar dan Brunei Darussalam, tarif ditetapkan bervariasi mulai dari 20 hingga 40%. Sedangkan tarif untuk Singapura belum mencapai kesepakatan final.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News