Reporter: Siti Masitoh | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 idealnya dapat tumbuh lebih dari 5,11%. Pasalnya dalam periode tersebut ada banyak momentum yang bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Peneliti ekonomi makro dan keuangan Indef, Riza Annisa Pujarama, menilai, pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11% pada kuartal I-2024 belum optimal. Sebab sumber utama pertumbuhan ekonomi konsumsi rumah tangga tidak tumbuh secara optimal.
Padahal, menurutnya pada kuartal I 2024 ada banyak momentum yang bisa mendorong konsumsi rumah tangga.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi Kuartal I-2024 Capai 5,11%, Jokowi: Patut Kita Syukuri
Di antaranya Ramadan, ada persiapan Lebaran, dari sisi belanja pemerintah sudah kuat seperti meningkatnya realisasi bansos, ada momentum pemilu yang mendorong belanja pemerintah tumbuh tinggi.
Akan tetapi, ia mencatat pertumbuhan konsumsi pemerintah yang cukup tinggi yakni sebesar 19,90% distribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 6,25%. Sedangkan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 24,29%, namun distribusinya ke pertumbuhan ekonomi hanya sebesar 1,43%.
Sementara itu, distribusi atau kontribusi konsumsi rumah tangga cukup tinggi yakni sebesar 54,93%, namun pertumbuhannya hanya sebesar 4,91%. Dari data tersebut, Riza menilai daya beli masyarakat menurun pada kuartal I-2024.
Baca Juga: Didominasi Barang Impor, Defisit Neraca Dagang Sektor TIK Mencapai Rp 30 Triliun
“Tapi share nya dalam membentuk PDB (produk domestik bruto) menurut pengeluaran, dari konsumsi pemerintah dan dan konsumsi LNPRT rendah, sehingga pertumbuhannya masih terbatas. Kalau daya beli masyarakat masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11% harusnya,” tutur Riza dalam diskusi bersama Indef, Selasa (7/5).
Adapun Riza mencatat, pada periode Ramadan, pertumbuhan konsumsi masyarakat utamanya untuk membeli pakaian baru dan alas kaki, serta jasa perawatan menurun.
Padahal menurutnya pada momentum Ramadan biasanya sektor tersebut meningkat.
Ia juga melihat, adanya penurunan konsumsi masyarakat terlihat dari penerimaan negara dari pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri secara neto jenis pajak mengalami kontraksi sebesar 23,8% pada kuartal I 2024.
Baca Juga: Ekonom Indef Sebut Laju Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Kuartal I-2024 Tak Optimal
Rata-rata lanjutnya, masyarakat berpendapatan menengah yang justru menahan konsumsinya. Utamanya masyarakat kelas menengah tidak mendapat bantalan sosial dari pemerintah.
“Mereka adalah objek dari orang yang membayar semua tagihan, pajak, kemudian biaya pendidikan. Mereka yang nggak dapat bansos, jadi mereka otomatis akan menahan konsumsinya,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News