Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi masyarakat akan menjadi komponen penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada awal tahun 2024.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, konsumsi jadi penopang karena di 2024 ada pemilihan umum (pemilu) yang biasanya, memberi sentimen wait and see bagi para penanaman modal.
Sehingga, ini akan menahan laju pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau investasi. “Dari sisi investasi, bukan hanya investor asing yang wait and see. Tapi juga penanam modal dalam negeri. Setidaknya, sampai hasil Pemilu keluar,” terang Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (10/1).
Josua melihat pekerjaan rumah pemerintah saat ini adalah menjaga keyakinan masyarakat untuk tetap berbelanja.
Baca Juga: Beberapa Indikator Ekonomi Turun di Tahun Politik, Kapan Kembali Pulih?
Masyarakat kelompok berpenghasilan rendah sudah dibantu pemerintah lewat bantuan sosial (bansos) dan juga terdampak dengan aktivitas kampanye jelang pemilu.
Nah, pemerintah perlu upaya juga untuk menjaga keyakinan masyarakat kelas menengah atas. Salah satunya, dengan menjaga stabilitas dan menunjukkan kinerja pemerintahan yang apik meski di tengah masa transisi kepemimpinan.
“Jadi Kementerian/Lembaga (K/L) perlu disiplin dalam berbelanja, kemudian juga dengan menjaga inflasi di tengah risiko harga yang masih ada,” tambah Josua.
Josua mengingatkan, ketidakpastian ini tak akan berjalan selamanya. Ia yakin, pada semester II-2024, kondisi akan membaik.
Seiring dengan, sudah mulai terlihatnya arah hasil Pemilu 2024, sehingga ekspansi dari pelaku usaha akan makin ngegas.
Belum lagi, ada peluang penurunan suku bunga acuan dari bank sentral global maupun Bank Indonesia (BI), yang juga akan menekan biaya dalam ekspansi.
Sehingga, ini akan makin menambah kekuatan bagi pertumbuhan ekonomi untuk makin melaju.
Dari perhitungan Josua, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 akan berada di kisaran 5,05% yoy hingga 5,1% yoy, sedikit lebih tinggi dari outlook tahun 2023 darinya yang sebesar 5,0% yoy hingga 5,05% yoy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News