kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.464   36,00   0,23%
  • IDX 7.742   6,84   0,09%
  • KOMPAS100 1.203   0,89   0,07%
  • LQ45 960   1,22   0,13%
  • ISSI 233   -0,20   -0,09%
  • IDX30 493   0,93   0,19%
  • IDXHIDIV20 592   1,55   0,26%
  • IDX80 137   0,16   0,11%
  • IDXV30 143   0,06   0,05%
  • IDXQ30 164   0,24   0,15%

Meski Ada Momen Ramadan dan Lebaran, Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh di Atas 5%


Selasa, 26 Maret 2024 / 19:40 WIB
Meski Ada Momen Ramadan dan Lebaran, Ekonomi Indonesia Sulit Tumbuh di Atas 5%
ILUSTRASI. Antrean pengunjung untuk membayar di kasir pada?sebuah supermarket di Tangerang Selatan, Senin (7/3/2022). Indef pesimistis geliat perekonomian di bulan puasa dan lebaran dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi di atas 5%.


Reporter: Leni Wandira | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Momentun bulan Ramadan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri atau lebaran memberikan angin segar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 ini berada di level sekitar 5%.

"Momen lebaran menjadi puncak pertumbuhan ekonomi tertinggi dalam konteks triwulan atau kuartal. Tapi kemungkinan pada kuartal I-2024 hanya tumbuh 5 persenan, jangan terlalu banyak berharap lebih dari itu," ujar Eko dalam saat diskusi publik Indef “Dinamika Lebaran dan Arah Ekonomi Prabowo-Gibran” di Jakarta, Selasa (26/3).

Baca Juga: Menakar Dampak THR dan Kenaikan Harga Pangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Diketahui, ekonomi Indonesia pada triwulan II 2023, yang beririsan dengan momen Ramadan dan Lebaran, tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Angka ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada triwulan I-2023 yang sebesar 5,03%.

Menurutnya, pemberian komponen tunjangan kinerja 100% pada tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 Aparatur Sipil Negara (ASN) belum berdampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini.

Kata dia, pemerintah terlalu mengglorifikasi pencairan THR 100% untuk PNS. Padahal, jumlah PNS hanya sekitar 4,3 juta orang dari total pekerja di tanah air.

"Jadi sebetulnya kalau mau lebih signifikan yang bayar 100% itu sektor swasta. Walaupun sudah diimbau H-7 maksimal sudah keluarkan THR, tapi kita tahu Indonesia, bisa saja banyak perusahaan atau pekerja di sektor formal tapi tidak mendapatkan 100% THR," ungkapnya.

Baca Juga: Uang Beredar di Periode Ramadan Diproyeksi Naik, Ini Faktor Pendorongnya

Untuk itu, penting agar pemerintah mengoptimalkan pengawasan pemberian tunjangan hari raya (THR) di sektor swasta. "Karena sebetulnya dampak bisa besar dari THR sektor swasta. Jadi, peran pemerintah perlu mengoptimalkan kebijakan pengawasan dan penegakan sanksi,” pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis, pemberian komponen tunjangan kinerja 100% pada tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 ASN berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi 2024.

Adapun realisasi pemberian THR untuk aparatur sipil negara (ASN) menyentuh Rp13,4 triliun. Ini terdiri dari Rp 3,2 triliun untuk 625.112 ASN pusat dan Rp 10,2 triliun bagi 3.127.400 pensiunan.

Baca Juga: Ditopang THR dan Lebaran, Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh 5% pada Kuartal I-2024

Pemberian komposisi tukin 100% ini merupakan upaya pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 sebesar 5,2% secara tahunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK

[X]
×