kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.866.000   -20.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.535   -35,00   -0,21%
  • IDX 7.040   60,28   0,86%
  • KOMPAS100 1.021   8,73   0,86%
  • LQ45 796   9,34   1,19%
  • ISSI 222   1,58   0,72%
  • IDX30 416   6,84   1,67%
  • IDXHIDIV20 491   8,63   1,79%
  • IDX80 115   1,37   1,20%
  • IDXV30 117   0,85   0,73%
  • IDXQ30 136   2,16   1,62%

Pertumbuhan Bisnis yang Melambat Memicu Penurunan Utang Luar Negeri Swasta


Kamis, 15 Mei 2025 / 19:23 WIB
Pertumbuhan Bisnis yang Melambat Memicu Penurunan Utang Luar Negeri Swasta
ILUSTRASI. Menurunnya utang luar negeri swasta menunjukkan sinyal bahwa para pengusaha masih menahan diri untuk berekspansi.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Tren penurunan utang luar negeri (ULN) swasta yang berlanjut pada triwulan I-2025 menunjukkan sinyal bahwa para pengusaha masih menahan diri untuk berekspansi di saat iklim usaha yang penuh ketidakpastian dari sisi eksternal dan juga pendapatan bisnis yang melambat.

Adapun posisi Utang Luar Negeri (ULN) swasta melanjutkan kontraksi pertumbuhan secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 1,2% menjadi sebesar US$ 195,5 miliar.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, banyak perusahaan utamanya yang dialami perusahaan emiten memiliki banyak pertimbangan dalam melihat dinamika ekonomi global dan domestik saat ini. 

Baca Juga: Turun, Total Utang Luar Negeri Swasta Capai US$ 195,5 Miliar di Triwulan I-2025

"Mereka wait and see dulu apalagi kan pertumbuhan bisnis agak melambat dan juga harga komoditas turun," ungkap David kepada Kontan, Kamis (15/5).

Meski begitu, David menilai, tren penurunan utang luar negeri pada kuartal I-2025 ini bukanlah suatu hal yang buruk, namun justru penuh pertimbangan, dimana tren pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) juga masih belum berakhir.

"Sumber likuiditas perusahaan tentunya tak hanya harus dari luar negeri tapi juga bisa dari utang dalam negeri. Apalagi pendapatan perusahaan dalam rupiah, jadi utangnya juga utang dari domestik, kecuali untuk sektor-sektor yang memang pendapatannya dalam dolar AS, misalnya eksportir," terang David.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman, Tapi Pelemahan Rupiah Perlu Diwaspadai

Sementara itu Global Markets Economist Maybank Indonesia Myrdal Gunarto mengatakan, berlanjutnya kontraksi pertumbuhan utang luar negeri swasta tersebut menunjukkan bahwa banyak pertimbangan perusahaan  biaya utang luar negeri mahal di saat tren nilai tukar rupiah masih di atas Rp16.000.

"Iklim suku bunga dolar juga belum turun. Itu yang buat kenapa sisi utang luar negeri swasta melambat," ungkap Myrdal kepada Kontan, Kamis (15/5).

Selanjutnya: Citra Satelit Ungkap Korut dan Rusia Bangun Jembatan Penghubung, Ada Apa di Baliknya?

Menarik Dibaca: 5 Cara Mencegah Depresi pada Remaja, Selalu Pantau Media Sosial Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Thrive

[X]
×