kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman, Tapi Pelemahan Rupiah Perlu Diwaspadai


Kamis, 17 April 2025 / 15:46 WIB
Utang Luar Negeri Indonesia Masih Aman, Tapi Pelemahan Rupiah Perlu Diwaspadai
ILUSTRASI. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2025 turun menjadi US$ 427,2 miliar,


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2025 turun menjadi US$ 427,2 miliar, dibandingkan dengan US$ 427,9 miliar pada Januari 2025. 

Adapun, rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 30,2% pada Februari, dari 30,3% pada Januari. 

Selain itu, ULN jangka panjang mendominasi total ULN Indonesia dengan porsi 84,7%.

Global Markets Economist at Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menilai, kondisi ULN Indonesia saat ini masih tergolong aman dan terkendali.

Menurutnya, porsi ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) masih di bawah ambang batas yang mengkhawatirkan.

“Kalau saya lihat dengan kondisi sekarang, utang luar negeri kita sebenarnya masih cukup rendah, ya, dari sisi porsi terhadap GDP-nya, ini masih di bawah 35%,” ujar Myrdal kepada Kontan.co.id, Kamis (17/4). 

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$ 427,2 Miliar pada Februari 2025

Selain itu, Myrdal juga menyebut, likuiditas yang berasal dari luar negeri sejauh ini masih dalam kondisi baik. Meski terdapat potensi dampak dari kebijakan perang dagang yang dipicu oleh Presiden AS, Donald Trump, Myrdal optimistis bahwa pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia akan terbatas.

Sebab, sebagian besar mitra dagang utama Indonesia bukanlah Amerika Serikat, melainkan negara-negara di kawasan Asia seperti ASEAN, Cina, India, dan Jepang. Oleh karena itu, potensi gangguan terhadap ekspor nasional dinilai tidak akan terlalu signifikan.

'Kita masih belum lihat adanya kekhawtairan, apalagi mayoritas barang-barang kita kan tidak dikirim ke AS, paling kontribusinya kurang lebih 10%," katanya.

Untuk menjaga stabilitas ekspor, Myrdal mendorong pemerintah agar fokus pada pasar-pasar tradisional yang sudah terjalin erat, serta terus membuka jalur diplomasi dan negosiasi bila terjadi ketegangan dagang dengan negara-negara besar seperti Amerika Serikat.

“Kalaupun ada gangguan dari Amerika Serikat, kita harus negosiasikan. Itu jalan yang paling bijak supaya kita tidak mengalami dampak negatif dari dinamika perang dagang yang terjadi saat ini,” imbuhnya.

Myrdal juga menekankan, dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan, posisi pembiayaan luar negeri Indonesia masih tergolong moderat.

Sementara itu, Chief Economist at PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BSI), Banjaran Surya Indrastomo menilai, kondisi ULN saat ini masih relatif aman, ditopang dominasi ULN berjangka panjang yang memberi ruang stabilitas terhadap tekanan jangka pendek.

“Sejauh ini masih relatif aman karena mayoritas ULN tenor jangka panjang, mencapai 84,7%. Bahkan untuk pemerintah, ULN jangka panjang mencapai 99,9%,” jelas Banjaran.

Namun demikian, ia mengingatkan, risiko terhadap perekonomian nasional, khususnya dari sisi kinerja ekspor dan nilai tukar Rupiah, tetap perlu diantisipasi secara serius.

Baca Juga: Duh, Utang Indonesia Tren Naik, OECD Sebut Negara Berkembang Terancam Krisis Utang

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Banjaran mendorong berbagai strategi mitigasi, seperti diversifikasi pasar ekspor, penguatan sektor pariwisata khususnya dalam menarik wisatawan mancanegara, serta percepatan hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah produk ekspor.

Ia juga menyoroti pentingnya strategi lindung nilai atau hedging, terutama dalam menghadapi potensi pelemahan rupiah dalam jangka panjang.

"Hedging utamanya terkait kurs karena proyeksi jangka panjang kemungkinan rupiah masih melemah” tambahnya.

Selain itu, Banjaran menekankan tiga faktor utama yang perlu terus dijaga untuk memastikan keberlanjutan keamanan ULN, di antaranya stabilitas nilai tukar, penguatan cadangan devisa, dan efisiensi dalam pelaksanaan program pemerintah yang didanai melalui pembiayaan luar negeri.

Selanjutnya: Arab Saudi Menjajaki Investasi, Lirik Industri Petrokimia Hingga Hilirisasi

Menarik Dibaca: Hujan Petir Melanda Daerah Ini, Berikut Prediksi Cuaca Besok (18/4) di Jawa Timur

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×