kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.919.000   13.000   0,68%
  • USD/IDR 16.249   -5,00   -0,03%
  • IDX 7.047   42,07   0,60%
  • KOMPAS100 1.029   8,11   0,79%
  • LQ45 786   6,95   0,89%
  • ISSI 231   0,98   0,43%
  • IDX30 406   4,77   1,19%
  • IDXHIDIV20 470   5,25   1,13%
  • IDX80 116   1,04   0,90%
  • IDXV30 117   1,12   0,96%
  • IDXQ30 131   1,74   1,35%

Penundaan Tarif AS Picu Kekhawatiran terhadap Ekspor Indonesia


Minggu, 13 Juli 2025 / 14:50 WIB
Penundaan Tarif AS Picu Kekhawatiran terhadap Ekspor Indonesia
ILUSTRASI. Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier melepas ekspor alas kaki produksi PT Selalu Cinta Indonesia (SCI) di Salatiga, Jawa Tengah, Kamis (12/6).


Reporter: Indra Khairuman | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Penundaan tarif yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) memicu kekhawatiran bagi Indonesia, yang berpotensi akan mengalami penurunan daya saing di pasar ekspor. Dampak ini terutama dirasakan oleh sektor-sektro padat karya, yang sekarang harus bersiap menghadapi risiko penurunan pasar dan tekanan yang semakin besar dalam industri.

Mohammad Faisal, Direktur Eksektuif Center of Reform on Economic (CORE), menjelaskan bahwa penundaah tarif ini menunjukkan kegagalan diplomasi perdagangan Indonesia dengan AS.

“Karena kalau kita melihat, dari beberapa negara berhasil mendapatkan persetujuan dengan Amerika,” ujar Faisal kepada Kontan.co.id, Minggu (13/7).

Baca Juga: Airlangga Tegaskan Indonesia Tak Terkena Tambahan Tarif 10% dari AS

Faisal menjelaskan juga bahwa keadaan ini sudah bisa diprediksi dari sebelum-sebelumnya.

“Karena menurut saya memang tidak mudah untuk bisa mendapatkan atau bernegosiasi dengan Amerika dalam kondisi seperti sekarang,” jelas Faisal.

Ini menunjukkan bahwa Indonesia harus mempersiapkan langkah-langkah antisipasi jika proses negosiasi tidak membuahkan hasil.

Faisal menekankan bahwa dampak dari penundaan tarif ini akan sangat terasa bagi Indonesia.

“Kita akan kehilangan market dari produk-produk yang kita punya kesamaan dengan Vietnam di pasar Amerika,” kata Faisal.

Sektor-sektor seperti tekstil, pakaian jadi, dan sepatu akan menjadi yang paling terpengaruh. Faisal mencatat bahwa Vietnam saat ini telah mendapatkan tarif yang lebih rendah, yaitu 20%, dibandingkan dengan tarif yang dikenakan pada Indonesia yang mencapai 32%.

Baca Juga: Ekspor Industri Manufaktur Indonesia Bisa Tertekan Tarif 32% dari Donald Trump

“Secara umum, kalau kita pukul rata dengan tingkat tarif yang rata-ratanya, kayaknya sepertinya kita termasuk yang salah satu yang tertinggi,” tegas Faisal.

Hal ini menandakan bahwa Indonesia berisiko kehilangan daya saing di pasar AS. Faisal mengingatkan perlunya melakukan perhitungan yang lebih lanjut terkait variasi produk dan tarif yang ditetapkan.

Faisal menegaskan bahwa jika negosiasi tidak berjalan baik, Indonesia bisa menghadapi defisit perdagangan dengan AS.

“Ini adalah bukti kegagalan dari sisi trade negotiations kita,” ucap Faisal.

Ia menjelaskan juga bahwa kondisi ini bisa semakin memperburuk situasi industri padat karya di Indonesia, yang sudah mengalami tekanan sebelum tarif ini diterapkan.

“Tekanan bagi dunia industri kita dan ini harus segera disikapi dengan kebijakan yang terintegrasi satu sama lain,” tambah Faisal. 

Baca Juga: Ini 3 Permintaan AS agar Tarif Impor 32% Indonesia Dihapus

Selanjutnya: Arti Skor SLIK OJK atau BI Checking serta Ini Cara Membersihkan Nama dari SLIK OJK

Menarik Dibaca: Apakah Jurusan Bahasa Terancam Tergusur AI atau Tidak? Ini Sederat Faktanya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Video Terkait



TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×