Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Pada tahun 2013 sampai 2014, sejumlah pengamat memprediksi bahwa akan terjadi perubahan ekonomi global yang dipicu kebijakan ekonomi Amerika Serikat (AS).
Negara-negara yang diprediksi menanjak perekonomiannya adalah negara-negara maju. Sementara negara-negara emerging market, yang selama ini menjadi motor penggerak perekonomian global akan mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
Hal itu terlihat dari kebijakan Bank Sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) saat berencana melakukan tapering off atau mengurangi injeksi uang dollar yang dimasukkan dalam sistem perekonomian AS dan dunia sebesar US$ 85 Miliar per bulan.
Sejumlah kalangan memprediksi, kelak stimulus The Fed tersebut perlahan-lahan akan dihapus. Jika ini terjadi, akan mempengaruhi semua negara di dunia, termasuk Indonesia.
Sadar akan konsekuensi tersebut, Wakil Presiden Boediono meminta agar para pelaku bisnis dan masyarakat Indonesia tidak terlalu khawatir jika The Fed mengambil langkah tapering off.
Pasalnya, pemerintah telah siap menghadapi pengurangan stimulus The Fed. Menurut Boediono, dalam masa transisi tapering off tersebut, pemerintah memang harus menyiapkan diri.
"Dari segi sasaran kita untuk menjaga ekonomi nasional, saya ingin mengatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan diri dan akan terus menyiapkan diri untuk menjaga kestabilan ekonomi makro Indonesia," tutur Boediono, saat membuka Trade Expo ke-28 yang diselenggarakan Kementerian Perdagangan di Jakarta International Trade Expo Kemayoran, Rabu (16/10).
Wapres melanjutkan, kalau nantinya terjadi transisi ekonomi dari masa yang lama yakni era easy money ke situasi normal, maka uang tidak semudah seperti didapatkan sebelumnya.
Namun, pemerintah menjamin bahwa masa transisi itu akan diupayakan dalam kondisi setertib mungkin (orderly transition) melalui kebijakan makro yang akan disiapkan pemerintah.
Sasaran pemerintah dalam menghadapi masa transisi tersebut, beber Mantan Gubernur Bank Indonesia ini, adalah dengan adanya penyesuaian beberapa indikator utama kegiatan bisnis. Antara lain seperti suku bunga, dan kurs rupiah.
Tujuannya adalah agar tidak terjadi kejutan-kejutan dalam perekonomian Indonesia yang tidak diharapkan terjadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News