Reporter: Siti Masitoh | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan belanja pemerintah pusat maupun daerah perlu didorong agar bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Hal ini juga demi menghindari ramalan berbagai Lembaga internasional yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini akan di bawah 5%.
Di antaranya, Bank Dunia nmemperkriakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 4,9%, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan 5%, bahlan Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memproyeksikan di kisaran 4,7% hingga 5,1%.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, percepatan belanja pusat maupun daerah memang perlu dilakukan sebagai upaya menggenjot pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, menurutnya belanja yang bisa memberikan efek multiplier pada perekonomian adalah belanja yang berkualitas.
Baca Juga: Moderasi Harga Komoditas Mulai Gerus Penerimaan Pajak 2023
“Kalau belanja pegawai kan wajib dan memang sudah ada porsinya, yang penting memang belanja produktif yang efektif bisa menggerakan ekonomi,” tutur David kepada Kontan.co.id, Selasa (10/7).
David mencatat, dana mengendap pemerintah pusat di Bank Indonesia tercatat sangat besar, yakni sekitar Rp 800 triliun hingga April 2023. Begitupun dengan dana pemerintah daerah yang biasanya menumpuk di perbankan daerah.
Menurutnya, pemerintah bisa mendorong belanja yang berkualitas seperti belanja modal dengan membangun jalan, irigasi dan jaringan. Kemudian bisa juga dengan mempercepat pembangunan infrastruktur didaerah-daerah yang belum terjangkau.
“Realisasi belanja semakin cepat, maka dampak ke perputaran ekonominya juga akan makin cepat,” jelasnya.
Adapun pemerintah memperkirakan realisasi belanja negara tahun anggaran 2023 akan melebihi target anggaran yang telah ditetapkan.
Outlook belanja negara tahun ini akan mencapai Rp 3.123,7 triliun, meningkat 0,9% jika dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, dan mencapai 102% dari target belanja negara dalam APBN 2023 yang sebesar Rp 3.061,2 triliun.
Baca Juga: Ketua Banggar Berharap Pertumbuhan Ekonomi pada Semester II Makin Membaik
Meski meningkat, David memprediksi efek belanja negara tahun ini ke pertumbuhan ekonomi tidak akan terlalu besar. Hal ini karena porsi belanja pemerintah tahun ini tidak juah berbeda jika dibandingkan dengan tahun lalu.
Menurutnya yang paling memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini adalah realisasi ekspor yang tidak bisa sebesar tahun lalu, serta investasi yang masih wait and see karena ada pemilu.
“Selain itu konsumsi juga mulai menurun salah satunya belanja pemerintah masih belum terlalu kuat,” jelasnya.
Maka dari itu, David berharap agar pemerintah bisa mempercepat penyaluran program-program yang sudah disiapkan untuk disalurkan kepada masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News