kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Pemerintah kaji relokasi pabrik Daihatsu & Suzuki dari Jepang ke Indonesia


Minggu, 20 Maret 2011 / 11:26 WIB
Pemerintah kaji relokasi pabrik Daihatsu & Suzuki dari Jepang ke Indonesia
ILUSTRASI. Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta.


Reporter: Hans Henricus | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Bencana gempa bumi dan tsunami yang telah melanda Jepang, membuka peluang bagi Indonesia untuk menarik perusahaan otomotif asal negeri sakura ke Indonesia. Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengaku sudah meminta dua perusahaan pembuatan mobil asal Jepang untuk memindahkan kegiatan pabrik mereka ke Indonesia.

Kedua perusahaan otomotif itu adalah Daihatsu dan Suzuki. Sebab kedua perusahaan otomotif itu sedang menghentikan produksinya. Pemerintah Indonesia meminta agar proses manufaktur dilakukan disini. "Saat ini sedang proses pembicaraan," ujar Hidayat akhir pekan lalu.

Sebelumnya, pada 16 Maret 2011, Presiden Direktur Daihatsu Motor Company Ltd bersama Presiden Direktur Astra Daihatsu Motor, Sudirman MR menyampaikan rencana pembangunan pabrik baru kepada Wakil Presiden Boediono. Pembangunan pabrik itu dalam rangka menambah kapasitas produksi.

Nilai investasi untuk membangun pabrik yang lokasinya di Karawang Timur itu mencapai US$ 400 juta. Rencananya kapasitas produksi pabrik itu 100 ribu unit per tahun.

Pemulihan Jepang

Jepang saat ini sedang dalam proses pemulihan. Untuk melakukan kegiatan pemulihan selama enam tahun, Jepang membutuhkan dana sekitar US$ 150 miliar sampai US$ 200 miliar. Dalam proses itu, Jepang akan membutuhkan ekspor dari Indonesia.

"Mereka akan membutuhkan barang-barang ekspor kita seperti makanan, minuman, tekstil dan mebel," kata mantan Ketua umum Kadin itu.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×