kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

MS Hidayat: Produksi industri otomotif, elektronik, dan komponen Jepang terhenti


Selasa, 15 Maret 2011 / 20:06 WIB
MS Hidayat: Produksi industri otomotif, elektronik, dan komponen Jepang terhenti
ILUSTRASI. Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto yang juga juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona.


Reporter: Hans Henricus | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Bencana tsunami mengakibatkan sejumlah sektor industri di Jepang lumpuh. Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, tiga sektor industri yang terkena imbas tsunami adalah otomotif, elektronik, dan komponen.

Kondisi Hidayat mengaku, mendapat kabar industri otomotif di Jepang berhenti produksi untuk jangka waktu menengah. Contohnya, kata Hidayat, industri mobil merek ternama asal Jepang menghentikan sementara produksi mereka. Lalu, industri alat berat bernama Komatsu telah menghentikan produksi lantaran 75% pabriknya hancur.

Selain itu kawasan-kawasan industri juga berhenti beroperasi. "Jadi pasti akan ada dampaknya secara beruntun," ujar MS Hidayat di kantor Presiden, Selasa (15/3).

Adapun untuk industri mobil dalam negeri sebagian besar sudah memakai komponen lokal. "Yang dibutuhkan unit mesinnya saja yaitu gearbox yang masih diimpor," kata mantan Ketua umum Kadin itu.

Cuma, Hidayat belum bisa memastikan berapa besar kerugian industri dalam negeri akibat peristiwa bencana itu. Menurutnya, nilai kerugian baru bisa diketahui setelah dua minggu nanti lantaran sedang dalam proses penghitungan.

Dia menambahkan, komitmen investasi Jepang di Indonesia tetap berjalan. Cuma, menurutnya perundingan bakal berjalan lambat. Misalnya, soal rencana proyek Metropolitan Priority Area (MPA) senilai US$ 20 juta.

Hidayat bilang, perundingan soal proyek MPA antara Jepang dan Indonesia memang akan berjalan. Cuma, pemerintah belum bisa memastikan realisasi proyek itu. "Skala prioritasnya bergeser menurut saya, kita harus memaklumi," imbuh Hidayat.

Presiden Komisaris PT Panasonic Gobel Indonesia Rahmat Gobel bilang, impor Jepang ke Indonesia rata-rata produk teknologi tinggi (high end), misalnya produk elektronik seperti televisi layar datar 65 inchi. "Produk high end, jadi marketnya tidak begitu besar," katanya.

Lanjutnya, adapun untuk produk elektronik di Indonesia sebagian besar sudah memakai komponen lokal, sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×