Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) dan pemerintah akan mengedepankan misi menjaga stabilitas dalam jangka pendek ini. Oleh karena itu, pemerintah siap menanggung konsekuensi apabila ekonomi tumbuh lebih rendah lantaran pengetatan kebijakan moneter.
Pengamat ekonomi sekaligus mantan menteri keuangan Chatib Basri mengatakan, keputusan pemerintah dan BI yang mengedepankan stabilitas daripada pertumbuhan ekonomi merupakan sinyal yang bagus.
“Saya lihat langkah pemerintah dan BI baik. Stability over growth,” kata Chatib kepada Kontan.co.id, Senin (28/5).
Ia mengatakan, ekonomi Indonesia akan tetap rentan karena masih tergantung dengan arahan dari Bank Sentral AS, The Fed. Meski demikian, menurunnya yield surat utang pemerintah AS akibat indikasi The Fed untuk tidak mempercepat kenaikan bunga bisa membantu perbaikan sektor keuangan dan penguatan rupiah.
Oleh karena itu, Chatib mengatakan, butuh kebijakan yang fokus kepada stabilitas, yakni dari sisi nilai tukar rupiah, surat utang, dan pasar saham. Ia memprediksi BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya usai menaikkan 7-day reverse repo rate beberapa waktu lalu.
Sebagai salah satu langkah menjaga stabilitas pasar di tengah tekanan global, pemerintah memonitor keuangan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meski saat ini kondisinya masih terkendali. Menurut Chatib, langkah ini patut diapresiasi.
Menurutnya, BUMN yang memiliki beban utang terlalu banyak dan tidak mampu membayarnya bisa membuat investor pergi.
“Ini statement yang baik. BUMN yang overleveraged akan membuat pasar khawatir dan mendorong modal keluar,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News