Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli
Skema ini, menurutnya, perlu dihidupkan kembali agar pemerintah mempunyai akses pembiayaan dengan harga murah.
"Selain itu, kemungkinan untuk dukungan dari AIIB misalnya atau bilateral support dari berbagai negara perlu di buka. Termasuk misalnya bantuan medis, obat, alat dari negara-negara lain,” tuturnya.
Baca Juga: Hingga Februari, defisit APBN 2020 mencapai Rp 62,8 triliun
Di samping itu, Chatib juga menyoroti rencana pemerintah menerbitkan Pandemic Bonds yang membuka peluang bagi Bank Indonesia untuk membeli instrumen obligasi tersebut langsung dari pasar perdana.
Ia memahami keputusan pemerintah terkait penerbitan obligasi khusus tersebut di tengah sulitnya mencari sumber pembiayaan.
Namun, Chatib memperingatkan bahwa pembelian obligasi oleh BI memiliki risiko mengerek inflasi. Chatib tak memungkiri, kondisi yang terjadi saat ini memang sangat mungkin menimbulkan risiko inflasi tersebut.
Baca Juga: Chatib Basri: Social distancing pengaruhi efektivitas kebijakan fiskal
Hanya saja, Chatib menekankan pentingnya fine tunning mengenai besaran obligasi yang akan dibeli BI untuk mengendalikan risiko itu.
“Pemerintah dan BI perlu duduk bersama untuk menentukan berapa inflasi yang memang 'bisa diterima’ sebagai biaya. Sebesar itulah obligasi bisa dibeli oleh BI. Sebab bila size-nya amat besar, maka inflasi akan naik tajam dan juga akan memukul ekonomi kita,” tandas Chatib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News