kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Chatib Basri: Social distancing pengaruhi efektivitas kebijakan fiskal


Selasa, 17 Maret 2020 / 14:24 WIB
Chatib Basri: Social distancing pengaruhi efektivitas kebijakan fiskal
ILUSTRASI. JAKARTA,30/11-PELUNCURAN MANAJER INVESTASI BARU. Direktur Utama PT Majorist Asset Management (MAM), Zulfa Hendri (kanan), menyerahkan cindera mata kepada mantan Menteri Keuangan Muhammad Chatib Basri disela-sela peluncuran manajer investasi baru PT MAM di


Reporter: Grace Olivia | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merebaknya virus Corona (Covid-19) secara global berdampak pada aktivitas masyarakat dan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Oleh karena itu, pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan ekonomi, termasuk kebijakan fiskal untuk menopang kinerja perekonomian domestik yang lesu.

Beberapa bentuk kebijakan fiskal yang telah dikeluarkan pemerintah antara lain relaksasi perpajakan, yaitu pajak karyawan ditanggung pemerintah selama enam bulan, pajak penghasilan (PPh) pasal 22 impor dan PPh pasal 25 ditunda selama enam bulan, restitusi PPN dipercepat, diskon tarif tiket penerbangan domestik dan stimulus wisata dan perjalanan, serta pelebaran defisit APBN untuk belanja pemerintah yang lebih besar. Total stimulus fiskal yang dikucurkan pemerintah saat ini diestimasi sebesar Rp 158,2 triliun.

Baca Juga: Jokowi tegaskan pemerintah tidak terpikir untuk lockdown, ini tanggapan Jusuf Kalla

Namun, mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai, dibutuhkan penyesuaian kebijakan fiskal di tengah perubahan aktivitas masyarakat yang signifikan saat ini. Imbauan untuk beraktivitas dari rumah dan social distancing (menjaga jarak sosial) membuat pola kebijakan yang tujuannya mendorong permintaan melalui belanja menjadi tidak efektif.

“Walau memiliki uang, orang akan mengurangi aktivitas belanjanya, kecuali melalui online. Pola berlanja bergeser kepada online. Namun tentu ini jumlahnya juga relatif terbatas, karena barang online juga akan bergantung pada pasokan,” tulis Chatib dalam cuitan akun Twitter pribadinya, Minggu (15/3) lalu.

Chatib memandang, pemerintah perlu mengubah bentuk fiskal stimulus sesuai dengan kondisi masyarakat agar lebih efektif.

Pertama, memfokuskan kebijakan pada perkotaan yang kemungkinan mengalami dampak lebih besar dibandingkan pedesaan akibat faktor kepadatan penduduk dan intensitas interaksi warganya, serta kebutuhan pasokan barang dan makanan yang lebih tinggi. Selain itu, industri juga berada di perkotaan.

“Desa memiliki fasilitas kesehatan yang kurang dibanding kota, maka juga tetap harus diperhatikan. Karena itu komposisi inin harus dihitung masak-masak,” sambung ekonom senior ini.

Baca Juga: Mahfud MD minta tokoh agama ajak masyarakat beribadah di rumah untuk cegah corona



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×