Reporter: Irma Yani | Editor: Edy Can
JAKARTA. Ketua tim pengkaji pengaturan BBM bersubsidi Anggito Abimanyu menghitung, penerapan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi akan menyumbang inflasi maksimum sebesar 0,6%. Namun, ia meyakini kebijakan tersebut tidak akan memberikan efek lanjutan atau second round effect terhadap inflasi.
Ia tak memaparkan lebih detail berapa besar sumbangsih inflasi dari masing-masing opsi tersebut. “Beda-beda, tapi kalau 0,6% itu yang kenaikan (opsi kenaikan harga premium). Tapi nggak ada second round effect-nya lah,” katanya, Senin (7/3).
Anggito memaparkan, jika kebijakan tersebut dilaksanakan pada tekanan inflasi rendah, maka effect-nya tidak akan besar. “Artinya kalau itu dilakukan pada bulan deflasi mungkin efeknya nggak besar. Kami mengusulkan dilakukan pada bulan deflasi," terangnya.
Namun, mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal ini tetap urung menyebutkan waktunya. “Saya nggak mengatakan bulan apa,” jelasnya.
Tim pengkaji ini sudah merekomendasikan tiga opsi kepada pemerintah. Ketiga opsi itu yakni menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 500 per liter kecuali untuk angkutan umum, menjaga harga BBM non subsidi dan mengatur pembelian BBM subsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News